DENPASAR, BALIPOST.com – Biasa menyanyikan lagu yang rock berbahasa Indonesia, ternyata tidak menyurutkan semangat dan tekad seorang penyanyi pendatang baru di belantika musik pop Bali. Gunk Rhey itulah nama keartisan serta sapaan akrabnya saat tampil di beberapa acara hiburan.
Meskipun baru belajar membawakan lagu dalam Bahasa Bali dua bulan terakhir ini, ternyata tidaklah susah bagi seorang Gunk Rhey. Perempuan yang kini tinggal di Surabaya, karena mesti ikut sang suami yang tugas sebagai seorang polisi, ini tetap semangat.
Bagi perempuan kelahiran Singaraja, 18 Maret 1978 ini, menyanyi tidak mengenal waktu dan tempat. Jika sudah hobi, menurutnya semua akan terasa mudah. “Kalau untuk membawakan lagu dalam Bahasa Bali, itu baru-baru ini saya belajar. Sebelumnya saya lebih sering bawakan lagu-lagu bergenre rock dalam Bahasa Indonesia. Kini saya mencoba untuk keluar dari jalur itu dan kebetulan untuk lagu itu disuport oleh A’ang, adik saya sendiri yang juga merupakan personel Head Five Band,” ujar Gunk Rhey.
Dua single yang diciptakan oleh sang adik, baru satu yang telah resmi dirilis yaitu “Sakit (Hianatin Tresna)”. Single tersebut diaransemen langsung oleh A’ang Head Five yang didukung Komang Hendra untuk grand piano, Dek Arta dari KPL Production dan Jem Tatto.
Alasan hanya satu single yang dilepas dulu ke pasaran, Gunk Rhey mengatakan ingin mengetes selera pasar. “Saya mau tau dulu bagaimana responnya, setelah itu baru lanjut untuk single kedua,” imbuhnya.
Ditanya kendala yang dihadapinya dalam berkarir di musik Bali, perempuan yang mengidolakan penyanyi Nicky Astria, Nike Ardila, Anggun dan Inka Christie itu mengatakan jarak semata. Karena saat ini ia tinggal di Surabaya, saat akan rekaman ia mesti pulang ke Bali. “Kendala utama sih masalah jarak saja. Saya saat ini ikut suami yang lagi dapat tugas di Surabaya. Jadi kalau mau take vokal mesti pulang ke Bali,” sebut Gunk Rhey.
Ke depan, pemilik nama lengkap A.A. Ayu Redy Martini Dewi ini berharap kehadirannya di belantika musik pop Bali bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Selain itu, guna mengajegkan serta melestarikan musik pop Bali, ia menilai perlu dukungan semua pihak serta saling menghargai karya sesama musisi Bali. (Winatha/balipost)