TABANAN, BALIPOST.com – Dalam menemukan varietas baru Beras Merah Cendana, Dinas Pertanian Tabanan telah melakukan beberapa kali uji coba penanaman. Tiga klon terpilih untuk melihat klon mana yang paling mirip dengan induknya tetapi dapat memproduksi bulir lebih banyak dan lebih cepat panen.
Saat ini uji coba untuk melihat kemiripan ini sudah masuk ke tahap akhir. Pnanaman klon masing-masing G10, G0 dan C20 diujicobakan di Subak Pegadangan, Desa Bengkel Kediri masing-masing dengan luasan empat are.
Panen untuk penanaman kali ini dijadwalkan November. Usai uji coba penanaman ini, klon-klon tersebut akan kembali ditanam untuk uji ketahanan penyakit.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, Nyoman Budana, Kamis (27/9) mengatakan, setelah panen pada November, uji coba penanaman akan kembali dilakukan untuk melihat uji tahan klon terhadap penyakit. Dari beberapa kali uji coba penanaman dilakukan hingga yang terakhir, menurut Budana belum ditemukan penyakit yang menyerang klon yang akan menjadi varietas baru beras merah ini. ‘’Tetapi akan tetap dilakukan penanaman uji coba ketahanan penyakit,’’ ujarnya.
Saat ini, klon-klon yang ditanam di Subak Pegadangan sudah mengeluarkan bulir. Sementara yang terlihat, klon G10 yang menghasilkan bulir paling banyak.
Lanjut Budana, jika dari penanaman sebelumnya, C20 yang biasanya memiliki bulir banyak. Sementara G10 yang mewarisi ciri fisik khas yang mirip induknya dimana bulu pada bulir padinya panjang-panjang.
Seperti diketahui, BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tabanan dalam menciptakan varietas baru beras merah ini lebih cenderung ke G10 untuk dijadikan varietas baru karena ciri-ciri fisiknya menyerupai induknya. Sementara pihak Dinas Pertanian lebih cenderung ke C20 yang berproduksi lebih banyak. “Tetapi dari uji saat ini, G10 memiliki bulir paling banyak dibandingkan C20. Waktu hingga panen masih tersisa dua bulan lagi. Jadi harus dilihat dulu perkembangannya,” jelas Budana
Usai penamanan ini, tiga klon ini akan kembali ditanam untuk uji ketahanan penyakit. Setelahnya barulah dilepas ke petani untuk dicoba ke lahan pertanian mereka.
Namun menurut Budana, tidak semua petani diberikan kesempatan untuk menanam klon beras merah ini tetapi akan dipilih mewakili masing-masing dataran. “Untuk pemilihannya nanti kami koordinasikan dulu dengan BATAN,” jelasnya.
Proses penentuan varietas baru ini, diakui Budana, membutuhkan waktu yang lama untuk betul-betul menemukan varietas baru yang unggul yaitu memiliki ciri yang sama dengan induknya tetapi waktu tanam lebih pendek dan produksi bulir lebih banyak. Jika beras merah cendana saat ini waktu tanamnya memerlukan waktu empat bulan hingga 4,5 bulan, varietas baru nantinya hanya butuh waktu tiga bulan. Produksi per hektarnya pun akan meningkat dari yang biasanya 3 hingga 3,5 ton menjadi 6-7 ton. (Wira Sanjiwani/balipost)