MANGUPURA, BALIPOST.com – Riset merupakan bahan baku menghasilkan inovasi. Oleh karena itu, para dosen dan guru besar di perguruan tinggi diingatkan untuk tidak malas melakukan riset dan mempublikasikannya.

Apalagi Indonesia memiliki target menjadi leader di Asia Tenggara (Asteng) pada 2019 dalam hal publikasi internasional. “Saya mohon ijin, para guru besar, para dosen, jangan memprotes peraturan menteri yang saya keluarkan. Dimana peraturan menteri itu menyebutkan, apabila guru besar tidak publikasi, ya mohon maaf tunjangannya diberhentikan sementara,” ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof. H. Mohamad Nasir, Ak, Ph.D, dalam orasi ilmiahnya di acara Dies Natalis Ke-56 Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Sabtu (29/9).

Baca juga:  Anggaran Sudah Besar, Penelitian Pertanian Jangan Dilupakan

Nasir menambahkan, para Lektor Kepala juga harus mempublikasikan hasil risetnya untuk bisa menjadi seorang guru besar. Selama ini, riset sebagai produk perguruan tinggi masih begitu rendah.

Oleh karena itu, pihaknya melakukan upaya perbaikan agar perguruan tinggi di Indonesia berkualitas. “Tahun 2015, saya mendapatkan laporan dari publikasi internasional. Saya merasa mendapatkan pukulan yang hebat, dimana publikasi Indonesia hanya di angka 8250. Ini angka yang cukup menyedihkan,” kenangnya.

Baca juga:  Bahas Masa Depan Hidrografi, Para Pemimpin Regional Hidrografi Dunia Berkumpul di Bali

Menurut Nasir, publikasi Indonesia selalu berada di bawah Thailand bahkan Malaysia. Di tahun yang sama, Thailand sudah memiliki 13.107 publikasi. Singapura sebanyak 20.461 publikasi. Sementara Malaysia 27.500 publikasi yang sebetulnya turun dari 28 ribu publikasi.

“Indonesia 20 tahun yang lalu tidak pernah di atas Thailand. Selalu berada di bawahnya. Ini yang menyedihkan. Global Competitiveness Indeks kita yang begitu rendah kalau kita bandingkan dengan Thailand,” paparnya.

Tapi setelah dilakukan perbaikan melalui regulasi dan lainnya, Nasir menyebut kini keadaan sudah terbalik. Tahun 2017, Indonesia berhasil mempublikasikan 20.165 hasil riset. Sedangkan Thailand hanya 16.107 publikasi.

Baca juga:  STIMI Handayani Miliki Dosen Profesor

Publikasi Indonesia bahkan sudah mendekati Singapura sebanyak 21.740 publikasi. Kendati masih butuh usaha untuk mengejar Malaysia dengan 32.000 publikasi. “Sekarang di 2018 per laporan kemarin, yaitu di tanggal 26, Indonesia sekarang dalam posisi di angka 19.769. Sementara Singapura di angka 15.938. Kita sudah diatas Singapura. Target saya tahun 2019, Indonesia harus leader di Asia Tenggara,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *