NEGARA, BALIPOST.com – Hektaran sawah di sekitar Subak Budeng, Kecamatan Jembrana mengalami kekeringan. Padi yang ditanam para petani baru berumur beberapa hari, tetapi tanah sudah terlihat kering. Bahkan sudah pecah-pecah.
Pengamatan Minggu (30/9), beberapa petani nampak mulai memanfaatkan mesin penyedot air dari sumur bor. Namun tak sedikit pula yang membiarkan sawah mereka tetap kering tanpa air. Tak jarang banyak terlihat padi yang sudah menguning dan menjurus mati lantaran tanpa genangan air. “Kalau tak segera digenangi air, akan semakin parah. Katanya bulan Oktober ini sudah mulai ada hujan. Mungkin yang lain menunggu itu,”terang salah seorang petani, Arya (58).
Ia memilih tidak menunggu hujan dan memanfaatkan air sumur bor meskipun biaya operasional bertambah. Khawatirnya bila tidak segera digenangi air, tanah semakin keras dan padi yang baru ditanam itu mati.
Diperkirakan luas yang terancam kekeringan di Budeng sekitar 40 hektar sawah. Apalagi saat ini cuaca panas terus terjadi. Bila tidak segera dialiri air sawah-sawah ini akan gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama mengatakan dari pengecekan memang 8 hektar di Subak Jelinjing Budeng mengalami kekeringan. Sisanya 32 hektar terancam kekeringan bila tidak segera digenangi air.
Beberapa petani secara swadaya sudah mulai memanfaatkan sumur bor yang mereka miliki. Dinas juga sudah berkoordinasi dengan Subak apabila butuh bantuan mesin akan difasilitasi. Sedangkan pompa bantuan yang sangat sudah ada dan dioperasikan 3 unit. “Kita siapkan pompa bantuan apabila memang dibutuhkan. Sementara yang kekeringan belum ada laporan di tempat lain,” terang Sutama.
Sejatinya saat ini di Subak tersebut belum jadwal turun. Namun para petani mencoba menanam lantaran sempat ada hujan. Namun belakangan cuaca berubah dan lebih lama kering. (surya dharma/balipost)