Sejumlah anggota Basarnas melakukan evakuasi korban gempa dan tsunami, di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). (BP/ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 1.420 narapidana (napi) kabur menyelamatkan diri ketika gempa 7,4 SR dan tsunami terjadi, Jumat (28/9) sore. Data seribuan napi yang kabur menyelamatkan diri setelah gempa melanda Palu dan Donggala ini diungkapkan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM, Sri Puguh Budi Utami, Senin (1/10).

Dilansir dari Kantor Berita Antara, Sri mengatakan para tahanan yang melarikan diri ini dikarenakan kondisi lapas dan rutan mengalami kerusakan. “Tidak beradanya para tahanan dan narapidana di Lapas Palu, Rutan Palu, dan Rutan Donggala semata-mata sebagai kebutuhan penyelamatan diri atas dampak gempa,” katanya.

Baca juga:  Tertimpa Pohon, Sejumlah Pelinggih di Pura Bukit Indrakila Rusak Parah

Dirjen PAS mengatakan bahwa Lapas Palu yang memiliki kapasitas 210 terisi sebanyak 581 narapidana. Namun, pascagempa hingga Senin pagi ini tersisa 66 orang. Sementara itu, Rumah Tahanan Palu yang memiliki kapasitas 120 diisi 463 tahanan yang tersisa hanya 53 orang.

Sri mengatakan bahwa dirinya pada hari Minggu (30/9) berkunjung ke Palu menghitung sebanyak 56 orang, sekarang tersisa 53 orang. “Mungkin ini minta izin sama Karutan karena ada keluarganya terjadi sesuatu. Pasti ini diizinkan oleh Karutannya,” sebutnya.

Baca juga:  PPKM di Bali Diperpanjang Lagi

Sementara itu, Lembaga Pemasyarakatan khusus Perempuan (LPP) Palu yang memiliki kapasitas 100 diisi 83 narapidana ditambah tiga bayi tersisa sembilan orang. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak yang memiliki kapasitas 100 orang, lanjut dia, diisi 29 anak, sekarang tinggal lima warga binaan.

Ia menyebutkan Lapas Donggala yang memiliki kapasitas 108 orang, diisi 342 narapidana, hingga saat ini kosong karena kondisi lapas yang terbakar. “Berdasarkan laporan, beberapa telah melaporkan keberadaan dan ingin kembali,” katanya.

Baca juga:  Nekat Mengirim Ternak Saat Pelarangan Diberlakukan, Ratusan Babi Diputar Balik

Dikatakan pihaknya memberikan waktu selama sepekan untuk kembali ke lapas/rutan. Kebijakan tersebut ditempuh karena kondisi lapas dan rutan saat ini rusak dan cadangan bahan makanan belum ada.

Saat ini terdapat 15 UPT di wilayah Sulawesi Tengah dan delapan di antaranya terkena dampak gempa. Total penghuni di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 3.220 dan yang berada di luar saat ini sebanyak 1.420, sehingga yang tersisa 1.795 narapidana dan tahanan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *