BANGLI, BALIPOST.com – Kawasan taman wisata alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang, Kintamani, kembali dilanda kebakaran. Kebakaran yang terjadi pada Minggu (30/9), menghanguskan sekitar satu hektar lahan yang ditumbuhi semak-semak. Diduga kebakaran dipicu akibat adanya puntung rokok yang dibuang sembarangan di areal TWA.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Bali Sulistyo Widodo saat dikonfirmasi mengatakan lokasi lahan konservasi yang terbakar berada di bawah Pura Pasar Agung. Sebagaimana laporan yang diterimanya, peristiwa kebakaran itu terjadi pada Minggu sekitar pukul 11.00 wita. Api berhasil dipadamkan sekitar satu jam kemudian oleh petugas dari BKSDA, masyarakat dan pemandu wisata setempat. Pemadaman dilakukan dengan cara manual, lantaran medan yang tidak memungkinkan dijangkau kendaraan damkar.
Sulistyo mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kebakaran pada Minggu lalu. Namun demikian pihaknya menduga kebakaran disebabkan karena faktor kelalaian manusia. “Penyebab masih diselidiki. Kemungkinan karena ada yang buang puntung rokok,” ujarnya. Dikatakan bahwa kebakaran pada Minggu lalu itu merupakan yang kedua kalinya terjadi pada tahun ini. Pada 25 Agustus lalu, kebakaran sempat terjadi di kawasan yang sama.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran di kawasan hutan TWA,Sulistyo mengatakan pihaknya di BKSDA selama ini telah melakukan sejumlah upaya. Mulai dari sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat, pemandu serta pengunjung, patroli rutin ke dalam kawasan TWA, hingga pembuatan sekat bakar. Pembuatan sekat bakar ini dilakukan bertujuan untuk membatasi api dengan cepat meluas saat kebakaran terjadi. Jelang musim kemarau pihaknya juga semakin mengintensifkan koordinasi dengan koramil dan polsek setempat termasuk BPBD Bangli untuk bersama-sama melakukan penanganan jika terjadi kebakaran. “Kita juga terus lakukan pembinaan terhadap kelompok masyarakat peduli api (MPA) yang telah kita bentuk sebelumnya,” jelasnya. Untuk mencegah terulangnya peristiwa kebakaran, pihaknya kembali menghimbau kepada seluruh masyarakat, pemandu maupun pngunjung untuk bersama-sama menjaga hutan. (dayu rina/balipost)