Wisatawan berkunjung ke Air Terjun Krisik di Tembuku. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Masyarakat di Desa Tembuku terus berupaya menggali potensi alam yang ada untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Setelah berhasil menghadirkan Air Terjun Tukad Cepung, kini masyarakat di desa setempat menghadirkan obyek wisata baru dengan nama Air Terjun Krisik.

Objek wisata baru itu dihadirkan dan dikelola oleh para petani di Subak Tembuku Kelod. Air Terjun Krisik lokasinya berada di wilayah Banjar Tembuku Kelod. Untuk bisa mencapai lokasi air terjun ini, pengunjung akan melalui hamparan sawah milik petani dan saluran irigasi yang airnya sangat jernih.

Setelah melalui sawah, pengunjung masih harus melalui jalan setapak yang tak terlalu panjang. Sebelum sampai di lokasi air terjun, pengunjung juga akan melewati dinding batu yang memiliki lekukan sangat indah dan alami.

Baca juga:  Penglipuran akan Gelar Festival, Targetkan Kunjungan Ribuan Wisatawan Per Hari

Klian Gede Subak Tembuku Kelod, I Wayan Sumada, Minggu (30/9), mengatakan air terjun ini sudah mulai ditata krama Subak Tembuku Kelod sejak Maret 2018. Krama subak mengembangkan potensi air terjun krisik sebagai obyek wisata, berawal dari banyaknya wisatawan yang tertarik melihat pertanian warga sekitar usai berkunjung ke objek wisata Tukad Cepung.

Melihat hal itu, petani pun kemudian berusaha menata potensi air terjun yang ada untuk dijadikan destinasi wisata. Dengan harapan untuk membangun dan menyejahterakan masyarakat Desa Tembuku.

Baca juga:  Ratusan Pendamping Desa Siap Dampingi Desa Adat

Dikatakan Sumada, meski baru ditata dan dibuka, namun sejauh ini sudah cukup banyak wisatawan yang datang. “Air terjun Krisik ini kami hadirkan sejatinya hanya sebagai tambahan. Objek wisata yang kami tawarkan, utamanya adalah tracking melintasi areal persawahan dengan pengerjaan yang masih tradisional, serta pemandangan alam dengan latar belakang Gunung Agung,” jelasnya didampingi Bendahara Subak Tembuku Kelod, I Wayan Pintu.

Dipilihnya nama Krisik, karena air yang jatuh gemericik. Nama krisik juga sudah dipakai oleh masyarakat sekitar sejak lama untuk mnyebut lokasi tersebut.

Baca juga:  Kasus DBD di Bali Tak Ikuti Siklus Lima Tahunan

Menurut cerita turun temurun, air yang jatuh dari dinding bebatuan tersebut tidak pernah kering, walau musim kemarau panjang. Karena masih tergolong baru, Sumada mengakui masih banyak hal yang harus ditata.

Sambil jalan, pihaknya akan terus menata dan mengembangkan Air terjun Krisik sehingga bisa dikenal banyak wisatawan seperti obyek wisata lainnya di Bangli. Dalam penataan hal utama yang dilakukan adalah menjadikan kawasan air terjun Krisik bebas sampah plastik. “Ke depan ada rencana kami membentuk pokdarwis (kelompok sadar wisata) untuk mngelola obyek wisata ini,” ujarnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *