PALU, BALIPOST.com – Sekitar seratusan warga Hindu di Kota Palu, masih mengungsi di kawasan Pura Agung Wana kerta Jagatnatha, Palu, Rabu (3/10) malam. Mereka memilih mengungsi di kawasan Pura karena merasa lebih aman dibanding tinggal di rumah.
Di samping itu, kebutuhan konsumsi mereka bisa tersuplai dengan baik. “Untuk sementara konsumsi terpenuhi dari bantuan umat yang masih tinggal di Palu,” ujar Ketua DPD Peradah Sulteng, Komang Suanayasa.
Ada juga beberapa warga yang mengaku mengungsi karena masih trauma dengan gempa sehingga tidak berani tinggal di rumahnya. Salah satunya, Tini. Perempuan berusia 37 tahun ini tinggal di perumahan Nokilelaki di kawasan Tondo, Palu Timur, tidak jauh dari pura. “Rumah saya retak-retak. Jadi agak takut juga tinggal di rumah. Apalagi saat gempa terjadi, saya terkunci dari dalam. Tidak bisa ke luar,” ujarnya.
Setelah getaran gempa berhenti, ia mengaku baru bisa ke luar. Jadi selama gempa dirinya merasakan guncangan yang sangat keras.
Tini yang mengungsi dengan suaminya, mengaku baru akan kembali ke rumah setelah kondisi Palu benar-benar aman. Tidak ada lagi getaran-getaran akibat gempa. “Sampai sekarang gempa masih sering terjadi. Tapi dengan skala yang kecil,” ujarnya.
Dikatakan Suanayasa, pada hari kedua dan ketiga pascagempa 7,4 SR, ada ribuan umat mengungsi di kawasan ini. Tapi saat ini rata-rata sudah pulang kampung dan dijemput oleh keluarganya. (Bali Putra/balipost)