DENPASAR, BALIPOST.com – Kepala Staff Kepresidenan, Jenderal (Purn) TNI Moeldoko pada senin 8 oktober 2018 menyampaikan pidato pada pembukaan People Summit On Alternative Development di Grand Inna Beach Hotel.
Koordinator People Summit On Alternative Development, Hamong Santono menjelaskan kegiatan tersebut digelar untuk menyikapi penyelengaraan event IMF-WB 2018 dan agenda utama kegiatan tersebut adalah menuntut akuntabilitas lembaga keuangan internasional, khususnya Bank Dunia dan IMF.
Saat sesi tanya jawab setelah menyampaikan pidatonya, salah seorang peserta menanyakan kepada Moeldoko, “Kenapa dalam menghadapi pertemuan IMF dan World Bank di Bali terasa tegang? Saat kami memperjuangkan penolakan reklamasi Teluk Benoa malah baliho-baliho tolak reklamasi Teluk Benoa diberangus, kenapa harus takut kepada baliho BTR? Apa hubungan IMF dengan reklamasi?”, tanya Agung Alit.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Moeldoko menyampaikan tidak ada hubungan antara reklamasi dengan kegiatan IMF, “Secara kontek besarnya tidak ada hubungan antara reklamasi dengan kegiatan IMF dan hal ini menjadi attensi kami, ada sesuatu yang salah dalam komunikasi di daerah”, jelas Moeldoko.
Seperti diketahui, menjelang perhelatan pertemuan IMF dan World Bank di Bali terjadi penertiban baliho-baliho dijalan-jalan protokol menuju tempat pelaksanaan kegiatan tersebut, namun WALHI Bali menilai dalam penertiban baliho-baliho tersebut tidak terjadi kesetaraan, semua baliho BTR di seluruh Bali dibongkar tidak saja di jalan protokol namun juga di jalan – jalan desa bahkan baliho yang berada didaerah kaki Gunung Agung yang sangat jauh dari lokasi acara, sedangkan banyak baliho-baliho selain BTR yang tetap berdiri. “Kami melihat pertemuan IMF-WB ini dijadikan kedok untuk memberanguskan aspirasi penolakan Reklamasi Teluk Benoa,” tukas Suriadi Darmoko dari WALHI Bali. (kmb/balipost)