AMLAPURA, BALIPOST.com – Proyek pembangunan pemecah gelombang (breakwater) yang merupakan proyek lanjutan pelabuhan kapal Pesiar, Tanah Ampo, Manggis, Karangasem, tahun ini gagal diselesaikan. Dimana proyek tersebut bakal dilanjutkan pada 2019 mendatang. Hal itu diakui Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri.
Mas Sumatri mengatakan, proyek pembangunan pemecah gelombang itu direncanakan dilanjutkan lagi pada 2019. ‘’Ya gagal diselesaikan tahun ini. Entah bagaimana kontraktornya. Katanya, ada hambatan membangun pemecah gelombang di tengah laut yang memang terkadang pada musim tertentu gelombangnya ganas,’’ paparnya.
Mas Sumatri menambahkan, dari pantauan selama ini, pihaknya memang sempat meninjau pembangunan pemecah gelombang itu beberapa bulan lalu saat meresmikan sebuah kapal cepat di pelabuhan rakyat di Padangbai.
“Uji coba kapal cepat itu dipakai meninjau lokasi mendekati pembangunan breakwater itu dekat pelabuhan kapal pesiar itu,”katanya.
Pelabuhan kapal pesiar itu dibangun pada masa Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, tahun 2012 lalu. Anggarannya patungan. Pemkab Karangasem membuka jalan lingkar dan menghotmiknya.
Sementara, Pemprov Bali membangun gedung-gedung untuk transit penumpang dan kegiatan pendukung lainnya. Saat gejolak dan erupsi Gunung Agung gedung itu dijadikan posko induk kedarutan. Sementara, melalui APBN didanai pembangunan lantai dermaga sepanjang 300 meter. Dermaga itu dinilai masih pendek, perlu pelebaran dan perpanjangan sampai panjangnya sekitar 600 meter. Perlu anggaran lebih besar lagi, dari selama ini sudah menelan anggaran ratusan miliar.
Pelabuhan itu sudah pernah diujicoba pada masa Bupati Wayan Geredeg. Namun karena nakhoda kapal pesiar tak berani menyandar karena sarana pengaman dan pendukung belum ada, kapal hanya lego jangkar di tengah laut dan penumpang kapal pesiar dinaikturunkan ke darat dengan sekoci. Pernah juga dibuatkan tempat menyandar sekoci berupa jetty ramdoor, sebanyak duakali. Namun belum sempat digunakan, jetty ramdoor itu sudah hancur karatan dan diterjang gelombang ganas.
Pelabuhan kapal pesiar itu sudah lama mangkrak, dan dikhawatirkan tak bias dioperasikan sehingga menelan kerugian besar. Buapti Mas Sumatri berupaya mencari jalan ke luar guna memanfaatkan proyek yang sudah menelan angaran banyak itu. Pemecah gelombang diusulkan anggarannya ke pusat dan pusat juga setuju mendanai lebih dari Rp 5 miliar. Namun, pembangunan pemecah gelombang juga akhirnya proyeknya gagal dikerjakan. (eka prananda/balipost)