AMLAPURA, BALIPOST.com – Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati meresmikan dimulainya penggunaan busana adat Bali dan bahasa Bali di Pura Besakih, Kamis (11/10). Sementara Gubernur Bali Wayan Koster berhalangan hadir lantaran bertugas di Nusa Dua yang menjadi lokasi pertemuan tahunan IMF-World Bank.
Peresmian juga tampak dihadiri Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama, Ketua Komisi IV DPRD Bali I Nyoman Parta, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra beserta sejumlah kepala OPD di lingkungan Pemprov Bali, dan Ketua MUDP Bali Jero Suwena Putus Upadesa.
Acara peresmian diawali dengan pementasan tari sakral yakni Tari Rejang Renteng dan Tari Baris Kincang Kincung.
Setelah itu, barulah Wakil Gubernur yang akrab disapa Cok Ace memimpin pemakaian destar bersama Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiarta serta dua tokoh masyarakat yakni Prof. Made Surada dan Prof. I Nengah Duija.
Acara kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan bersama dipimpin oleh sulinggih.
Acara di Besakih merupakan peresmian di tingkat provinsi. Sementara di tingkat kabupaten/kota, peresmian dipusatkan di Pura Dang Kahyangan/Kahyangan Jagat. Sementara di tingkat desa/kelurahan dan desa pakraman/adat, dipusatkan di Pura Kahyangan Desa.
Seluruh rangkaian acara menggunakan bahasa Bali yang menandai dimulainya pelaksanaan penggunaan bahasa Bali secara serentak di seluruh wilayah Bali.
Ketua DPRD Bali, I Nyoman Adi Wiryatama menyambut gembira dimulainya penggunaan busana adat Bali dan bahasa Bali setiap hari Kamis, purnama-tilem, serta hari jadi provinsi dan kabupaten/kota. “Saya khawatir sebagai wakil rakyat ke depannya kalau ini terus menerus tidak kita laksanakan, bahasa Bali dan busana Bali akan kehilangan identitas,” ujarnya.
Wakil Gubernur Bali, Cok Ace mengatakan, kelestarian busana adat dan bahasa Bali patut dijaga untuk meneguhkan jati diri, karakter, dan Budi pekerti.
Seluruh rangkaian peresmian ditutup dengan Tari Rejang Giri Kusuma. (Rindra Devita/balipost)