Lahan pertanian di Klungkung. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Musim kemarau yang semakin parah di Kabupaten Klungkung tak hanya berpotensi memicu kebakaran lahan di kawasan Nusa Penida. Namun juga menyebabkan debit air irigasi yang “menghidupi” ribuan hektar sawah turun.

Kondisi itu diakui Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman (PU-PRKP) Klungkung, I Made Jati Laksana, Kamis (11/10). Sesuai data, ada 19 saluran irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten. Hampir seluruhnya mengalami penurunan debit air kisaran 5 sampai 10 Centimeter. “Itu terlihat pada pengukuran air yang ada di bendung,” sebutnya.

Baca juga:  Serah Terima Jabatan, Ny Candra Tamba Siap Lanjutkan Program Tim Penggerak PKK Jembrana

Namun demikian, kondisi tersebut belum memicu kekeringan. Subak sudah mengatasinya dengan pembagian air ke lahan persawahan sesuai kebutuhan. “Sampai saat ini klian subak yang diajak komunikasi masih berusaha membagi air sebaik mungkin dengan petani,” katanya.

Disampaikan lebih lanjut, saluran irigasi yang mengairi 2.306 hektar sawah belum sepenuhnya mantap. Dicontohkan, kerusakan terjadi di Tempek Jumpung, Subak Kacangdawa, Desa Kamasan. Selain itu ada pula di Subak Toya Cau, Desa Tojan. “Memang ada kebocoran sedikit,” sebutnya.

Baca juga:  Penahanan Calon Anggota DPD Dipindah ke Rutan Brimob

Pemkab, sambungnya sudah melakukan perbaikan. Hanya saja belum mampu menyentuh secara keseluruhan. Tahun ini misalnya, baru tiga daerah irigasi. Itu pun lebih banyak mengandalkan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dikucurkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR).

Sementara untuk 2019, telah diusulkan permohonan anggaran untuk enam daerah irigasi. “Anggaran terbatas. Jadi belum bisa memperbaiki seluruhnya. Kami berharap usulan pemohonan anggaran direspon,” kata pejabat asal Desa Kamasan, Klungkung ini.

Baca juga:  Harga Kopi Kintamani Tembus Rp 9000 Perkilogram

Sejauh ini, katanya tidak ada keluhan berarti yang disampaikan petani. “Memang rusak, tapi air tetap bisa mengalir. Jadinya petani tidak mengeluh,” imbuhnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *