TABANAN, BALIPOST.com – Meski merokok berbahaya untuk kesehatan, bahkan efek sampingnya dicantumkan dalam bungkusnya, namun tidak semerta-merta perokok bisa berhenti begitu saja. Ada efek samping yang dirasakan jika berhenti merokok yang menyebabkan banyak perokok yang menyerah dan akhirnya merokok kembali.
Efek samping itu seperti pusing, cepat marah dan gelisah, sembelit, sampai yang paling sering batuk berlendir. Untuk itu salah satu tenaga promosi kesehatan (promkes) dari Puskesmas Kerambitan II membuat ramuan yang dikemas dalam bentuk kopi yang diperuntukkan untuk terapi bagi perokok yang berhenti merokok. Kopi ini dinamakan Radesta (Ramuan Desa Tista).
Penemu Radesta, Marini, Rabu (24/10), mengatakan pembuatan kopi ramuan untuk perokok ini tercetus saat ia mewakili Tabanan dalam lomba Tenaga Kesehatan Berprestasi di bidang Promkes tingkat Provinsi Bali. “Sebenarnya sudah ada program kelompok berhenti merokok dengan ramuan dan pijat yang diterapkan di Puskesmas Kerambitan II. Tapi saya kemudian berpikir bagaimana menggunakan ramuan untuk terapi yang diterima oleh perokok,” ujarnya.
Ia kemudian memiliki ide untuk menggunakan kopi sebagai ramuan. Sebab, perokok juga identik dengan kopi. Selama satu minggu, Marini kemudian mengkombinasi kopi dengan bahan alami seperti cengkeh, jahe, kayu manis, sere dan kapulaga.
Semua bahan ini disangrai dengan komposisi yang tepat. Penyajian kopi ini adalah dengan gula merah. Namun jika menderita diabetes, gula merah bisa diganti dengan gula batu. “Sebenarnya pakai gula pasir juga boleh tetapi untuk menambah nikmat rasa disarankan memakai gula bali,” ujarnya.
Meminum kopi ini bisa kapan saja selama gejala efek samping berhenti merokok timbul. “Kecuali ada penyakit maag, bisa minum kapan saja saat efek samping berhenti merokok muncul,” jelas Marini.
Tidak hanya untuk terapi berhenti merokok, kopi ini menurut Marini bisa juga diminum masyarakat yang ingin lebih sehat. Sebab kandungan lain didalam kopi seperti kayu manis misalnya sangat baik untuk kesehatan terutama mengontrol gula darah sampai menstabilkan hormon.
Cengkeh dan Jahe bersifat antioksidan dan masih banyak manfaat lain. Mengkonsumsi kopi ini juga aman karena berbahan alami dan tidak bersifat adiktif.
Karena terobosannya ini, Marini mendapatkan juara II kategori Promkes lomba Tenkes Berprestasi 2018 tingkat Propinsi Bali. Tidak sampai disana, kopi ramuannya kemudian dinamakan Radesta karena dijadikan salah satu ikon minuman di Desa Tista yang saat ini berkembang menjadi desa Wisata. “Karena dulu untuk mencoba kopi ini saya terapkan di kelompok berhenti merokok dengan ramuan dan pijat dimana anggotanya adalah warga Desa Tista. Pihak Desa kemudian mengadopsi kopi ini untuk menjadi ciri khas desa wisatanya,” jelas Marini.
Selain itu kopi radesta juga menjadi salah satu produk unggulan Bumdes Desa Tista. Untuk bisa memenuhi permintaan kopi Radesta ini, menurut Marini pihaknya melibatkan anggota dari kelompok berhenti merokok dengan ramuan dan pijat.
Saat ini dari 18 anggota yang semuanya laki-laki, enam diantaranya aktif dan bisa membuat kopi Radesta. Meski masih dalam bimbingan Maryani untuk memastikan komposisi bahannya pas dan rasanya sama. (Wira Sanjiwani/balipost)