Setelah musim panen tahun ini, tanaman cengkeh di beberapa desa di Buleleng mulai terserang penyakit JAP. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Penyakit Jamur Akar Putih (JAP-red) kembali menyerang tanaman cengkeh setelah musim panen tahun ini. Serangan penyakit secara sporadis itu ditemukan di sejumlah desa yang terkenal menghasilkan cengkeh. Serangan penyakit ini dikhawatirkan akan bertambah parah, karena musuh alami penyakit ini semakin berkurang. Kondisi ini diperparah lagi karena kembali marak pengambilan daun cengkeh untuk disuling menjadi minyak aksiri.

Pemantauan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian (Distan) Buleleng, JAP ditemukan menyerang tanaman di Desa Gesing Kecamatan banjar, Desa Tajun, dan Mengening Kecamatan Kubutambahan, dan beberapa desa lain. Dari pemantauan yang dilakukan, serangan JAP di desa tersebut menyebar.

Baca juga:  Turun, Kuantitas Cengkeh di Jembrana

Serangan ini muncul karena tingat kelembaban tanah berkurang. Ini terjadi karena belakangan ini kembali merak petani mengambil daun cengkeh kering untuk disuling. Akibtnya, daun cengkeh keirng yang seharusnya membunuhi bibit JAP, justru dihilangkan, sehingga serangan JAP pun semakin merebak.

“Memang serangan JAP masih terjadi dan itu terjadi dengan sporadis. Kelembaan tanah kurang dan kembali ada mengambil daun cengkeh kering, sehingga JAP cepat berkembangbiak menyerang tanaman,” katanya.

Baca juga:  Majukan Budaya Bali, Gubernur Koster Ajak Yowana Terus Berinovasi

Menurut birokrat asal Dusun Kelod Kauh Desa Panji, Kecamatan Sukasada ini, JAP bisa dibasmi kalau petani menjaga tingkat kelembaban tanah. Bahkan, kalau petani mengambil daun cengkeh kering untuk disuling sebenarnya hal itu bisa dilakukan. Asalkan dengan catatan petani menambahkan pupuk kompos mencukupi dan rajin menambahkan bibit musuh alami JAP berupa Trekoderma. Sebenarnya, himbauan dan transfer ilmu untuk mengendalikan JAP dengan demplot sudah dilakukan di beberapa desa. Distan juga setiap tahun membantu bibit trekoderma kepada kelompok petani agar pengendalian JAP bisa dilakukan optimal. Sayangnya, upaya ini belum juga menyadarkan petani secara keseluruhan, sehingga masih saja muncul serangan JAP. “Pemerintah menghimbau tidak mengambil duan cengkeh. Kalau diambil bisa saja, asalkan tambah pupuk kandang dan Trekoderma. Sekarang kalau tanaman sudah subur dibiarkan saja, sehingga pada situasi tertentu penyakit seperti JAP ini bisa menyerang,” tegasnya. (mudiarta/balipost)

Baca juga:  Di Denpasar, Pelipatan Surat Suara DPR Libatkan 130 Orang

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *