NEGARA, BALIPOST.com – Sudah menjadi tradisi setiap enam bulan sekali, saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, Lapangan Pergung, Kecamatan Mendoyo menjadi ajang penyelenggaraan pasar musiman. Selama pasar musiman pengunjung membludak sehingga kemacetan terjadi di jalan raya Denpasar Gilimanuk di sepanjang depan Kantor Camat Mendoyo.
Namun, pasca pasar musiman berakhir Minggu (16/4), lapangan pergung menjadi lautan sampah. Hal ini seperti yang terlihat Selasa (18/4). Tampak sampah plastik dan sampah lainnya berserakan di areal lapangan. Demikian juga di taman yang dibuat Pemkab Jembrana, di beberapa sudut rusak dan jadi kumuh. Yang tampak hanya pemulung memungut botol-botol bekas.
“Ya para pedagang juga tidak mau tanggung jawab, begitu selesai jualan langsung pergi meninggalkan sampah-sampahnya. Tidak mau tanggung jawab. Pihak panitia juga begitu selesai tidak langsung membersihkan lapangan,” kata beberapa warga Pergung yang ada di Selatan lapangan.
Dikatakan pasar musiman itu memang sudah sejak lama menjadi tradisi di Pergung, namun pengelolaannya tidak pernah ada perbaikan dan sampah selalu menumpuk.
Sementara pihak panitia yang berusaha dihubungi di Lapangan Pergung tidak ada di tempat hanya beberapa pedagang masih membereskan barang-barangnya dan mengangkut dengan truk.
Sebelumnya, saat pelaksanaan pasar musiman enam bulan yang lalu, Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan sempat mengungkapkan kekecewaannya terhadap aktivitas pasar yang dinilainya menyisakan banyak masalah.
Diantaranya menumpuknya sampah sebagai sumber penyakit, serta rusaknya sejumlah fasilitas lapangan yang membuat dirinya geram. Padahal pemerintah daerah mengalokasikan anggaran cukup besar untuk mempercantik lapangan Pergung. Nilainya mencapai Rp 3 milyar yang digunakan menata taman berserta tanamannya, serta fasilitas tambahan lainnya seperti tempat berjualan dan tribun upacara. Bahkan Kembang saat itu mengancam akan menutup pasar musiman Pergung sebagai bentuk kekecewaan terhadap pihak pengelola.
(kmb/balipost)