GIANYAR, BALIPOST.com – Di Gianyar, tercatat ada puluhan desa pakraman yang mengelola potensi desa sebagai objek wisata. Seperti Pura Puseh Desa Batuan atau Objek Wisata Air Terjun Tegenungan.
Bendesa Desa Batuan, I Made Djabur menjabarkan terkait Pura Puseh Batuan yang sudah cukup lama dibuka untuk kunjungan wisata. Awal melejitnya kunjungan ini dari pramuwisata asal desa setempat yang memperkenalkan keberadaan pura yang memiliki sejumlah artefak peninggalan sejarah ini. “Namun lambat laun, mungkin dari mulut ke mulut, akhirnya ada paket wisata yang dipromosikan oleh pelaku pariwisata, hingga secara perlahan-lahan kunjungan semakin meningkat dan terus mengalami peningkaatan,” katanya Minggu (18/11).
Diungkapkan saat ini ada sekitar 1000 hingga 1500 wisatawan yang berkunjung ke pura ini setiap harinya. Wisatawan yang datang ini pun berasal dari berbagai belahan negara di dunia. “Sementara paling banyak berkunjung wisatawan China yang datang ke Pura Puseh Desa Batuan,” katanya.
Dikatakan setiap menerima kunjungan wisatawan, pihaknya tidak memungut uang iuran apapun. Hanya disiapkan kota donasi, sehingga para wisatawan yang berkunjung dapat memberikan dana punia secara tulus iklas. “Hanya diletakkan kotak donasi, untuk wisatawan berpunia,” jelasnya.
Disinggung soal kasus OTT yang terjadi diobjek wisata Tirta Empul Tampaksiring serta menyeret Bendesa Adat Manukaya Let sebagai calon tersangka. Made Djabur mengaku memang sempat terkejut membaca berita tersebut.
Pihaknya pun langsung mengambil langkah dari kasus OTT itu, dengan berkoordinasi bersama para prajuru desa adat. Selain itu, pihak prajuru sudah bertemu dengan Bupati Gianyar, I Made Mahayastra. “Kami tidak ada melakukan pungutan dengan tiket atau semacamnya, karena yang kami gunakan itu sistem donasi untuk perawatan pura,” terangnya.
Uang donasi yang diberikan para wisatawan, digunakan untuk perbaikan pelinggih pura, serta kenyamanan wisatawan, misalnya petugas yang menyeberangkan tamu, di samping itu juga untuk petugas kebersihan, kebersihan toilet, petugas keamanan seperti pecalang dan biaya operasional. Adapun rincinya petugas yang dilibatkan setiap hari seperti pecalang 30 orang yang bertugas secara bergantian, petugas kebersihan dan tukang keyebun sebanyak 5 orang, petugas upakara pura 8 orang, Jero Mangku yang bertugas tiap harinya 2 orang.
Selain itu pihak desa adat juga sudah menyiapkan krama yang memberikan kamen atau selendang kepada nwisatawan yang berkujung ke pura. “Wisatawan yang berkunjung ke sini, bila akan masuk pura harus memakai selendang dan kamen yang sudah disediakan pihak panitia,” tandas Djabur.
Selain Pura Puseh Batuan yang dikelola desa adat, ada pula Air Terjun Tegenungan yang berada di bawah desa adat, namun dikelola dalam bentuk CV. Tegenungan Wahana Tirta. “Objek wisata air terjun ini dikelola dengan CV,” ucap Manager Operasional Objek Wisata Air Terjun Tegenungan, Dewa Gede Oka.
Melalui mekanisme ini pengelola bisa menentukan harga tiket masuk pengujung. Yakni karcis masuk Rp. 15.000/orang dan dipotong pajak 2 persen untuk disetor ke Pemkab Gianyar.
Sementara untuk anak di bawah 5 tahun digratiskan. Sedangkan untuk wisatawan domestik Rp 10.000. Bila yang berkunjung orang asal Sukawati dengan menunjukkan KTP tidak kenakan pungutan alias gratis. “Pungutan tiket ini juga berdasarkan hasil keputusan Desa Adat berupa Pararem. Selain itu, objek ini dikelola oleh CV. Tegenungan Wahana Tirta sudah membayar pajak ke Pemkab Gianyar,” jelas Dewa Oka.
Melalui mekanisme ini bila pengunjung mengalami musibah kecelakaan dapat diberikan asuransi, bekerjasama dengan salah satu asuransi. “Saat ini pihaknya sudah dua kali menyerahkan klaim asuransi, terhadap pengunjung yang terkena musibah,” katanya.
Ia menjabarkan kunjungan ke Objek Wisata Air Terjun Tegenungan setiap harinya antara 1.000 hingga 1.300 pengunjung per harinya. Baik itu wisatawan mancenegara maupun wisatawan domestik.
Untuk wisatawan domestik ramai pada hari liburan, Sabtu dan Minggu. Namun untuk wisatawan mancanegara ramai hampir setiap hari.
Disinggung soal tenaga kerja yang bertugas, Dewa Oka mengatakan pengelola menyiapkan sebanyak 52 orang secara bergantian. Meliputi petugas parkir, petugas tiket, petugas keamanan dan melakukan pengawasan di objek air terjun. Untuk menuju air terjun, pengunjung harus melalui anak tangga sebanyak 165 anak tangga dari tempat parkir.
Tempat wisata ini juga disediakan 2 WC umum. Kini pihaknya sedang melakukan pembenahan tempat parkir milik Desa Adat Tegenungan.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, AA. Bagus Ari Brahmanta, SE mengatakan di Kabupaten Gianyar terdapat 54 objek tempat wisata. Dari jumlah itu sebanyak 10 tempat wisata yang bekerjasama Pemkab Gianyar dengan pihak Desa Pakraman. Meliputi Tirta Empul, Goa Gajah, Gunung Kawi Tampaksiring, Gunung Kawi Sebatu, Yeh Pulu, Alam Sidan, Bukit Jati, Lingkungan Pura Mengening, Candi Tebing Tegallinggah dan Goa Garba serta lingkungan Pura Pengukur-ukur. “Sementara ada 24 objek wisata yang dikelola pihak Desa Pakraman tanpa bekerjasama dengan Pemkab Gianyar,” katanya.
Sementara sisanya objek wisata buatan yang dikelola pihak swasta tanpa kerjasama dengan Pemkab Gianyar sebanyak 19 tempat. Selain itu, di Kabupaten Gianyar ada objek tempat wisata yang dikelola Pemerintah Pusat atau BPCB yakni Museum Arkeologi atau Purbakala yang ada di Blahbatuh. (Manik Astajaya/balipost)