Ilustrasi. (BP/dok)

Membaca buku kini tak lagi diminati siswa. Salah satu indikasinya, kunjungan ke perpustakaan makin sedikit. Kenyataan ini membuat banyak orangtua mengeluh.

Banyak guru juga mengakui hal tersebut. Siswa lebih banyak menggunakan handphone (HP). Mereka juga lebih banyak memanfaatkan perangkat teknologi itu untuk bermain-main. Sangat sedikit menggunakannya untuk menunjang pembelajaran di sekolah. Fenomena ini tak hanya di kalangan siswa. Mereka yang sudah bekerja pun demikian.

Ada banyak penyebab mengapa membaca itu menjadi satu proses yang sangat melelahkan dan membosankan. Pemerintah pun menyadari hal tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan pemerintah adalah memperbanyak perpustakaan keliling.

Pemerintah juga menunjuk duta baca di tingkat nasional dan daerah. Ini artinya pemerintah juga sangat menginginkan agar generasi muda sekarang dan mendatang lebih banyak membaca buku.

Banyak kalangan menyebutkan bahwa membaca belumlah menjadi satu budaya yang dianggap penting. Masih banyak yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca. Sangat berbeda dengan masyarakat di luar sana. Mereka selalu membawa buku. Pada kesempatan luang atau menunggu bahkan berjemur di pantai, mereka meluangkan waktu untuk membaca.

Baca juga:  Indonesia Perlu Suasana Teduh

Oleh karena itu, tanamkan kesadaran kepada anak atau siapa pun bahwa belajar adalah suatu kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pelajar yang hasilnya akan diraih di masa mendatang. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggugah kesadaran itu. Teladan orangtua adalah salah satunya. Orangtua dapat turut membaca buku-buku yang bermanfaat saat anak sedang belajar. Artinya orangtua sebaiknya juga menanamkan budaya membaca di lingkungan keluarga.

Demikian pula agar diciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan tersebut. Berikan motivasi kepada anak untuk belajar dengan cara yang baik. Jadikan waktu belajar ini menjadi kebiasaan sehari-hari. Bukan merasa dipaksa untuk belajar.

Prihatin saja tentu tidak cukup. Untuk pejabat yang mengeluarkan kebijakan strategis, tentu harus ada hal-hal strategis yang cepat serta tepat untuk menanggulangi hal ini. Formula jitu harus segera ditemukan. Termasuk bagaimana meningkatkan budaya membaca di kalangan generasi muda.

Baca juga:  800 Judul Koleksi Perpustakaan Provinsi di Digitalisasi

Bantuan buku lewat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) juga sudah digulirkan. Yang perlu sekarang adalah bagaimana membuat biaya pendidikan itu, termasuk harga buku menjadi lebih murah.

Selain itu perlu pula penyadaran, sosialisasi bagaimana mereka menambah ilmu lewat internet secara online. Biasakan mereka mengunjungi perpustakaan yang menyediakan fasilitas secara online. Mereka tentu akan sangat cepat dan akan cepat akrab. Kini memang sudah eranya teknologi informasi.

Kita mesti ikut arus, namun jangan terbawa arus. Untuk itu, semua komponen harus tergerak untuk mengedukasi generasi muda untuk gemar membaca. Hanya dengan gerakan gemar membaca, generasi muda bisa diarahkan untuk menjadi generasi yang beretika, tahu peradaban, serta cerdas dan bijak dalam mengelola perkembangan teknologi.

Kita tentu pahami bersama bahwa dalam membangun budaya membaca kehadiran guru dan komitmennya sangat diharapkan. Guru tentunya harus menjadi teladan dan memberikan edukasi yang efektif untuk menggiring dan membiasakan anak untuk membaca buku.

Baca juga:  Perpustakaan dan Literasi Akar Rumput

Mungkin gerakan ini bisa diawali dengan wajib baca di sekolah 15 menit tiap hari limit waktunya terus ditingkatkan. Penugasan dalam bentuk membuat resume isi sebuah buku juga penting dibudayakan agar anak-anak tak terus-menerus memegang HP karena semua penugasan berkaitan dengan Google. Perlu ada alternatif yang lebih elegan dan efektif agar anak-anak dekat dengan buku lalu membacanya.

Dukungan lainnya tentu juga harus ditunjukkan anggota keluarga. Keluarga di rumah hendaknya memberikan support dalam memfasilitasi pengadaan buku yang dibutuhkan anak-anak.

Jika ini bisa dilakukan maka gerakan terpadu dalam menumbuhkan budaya literasi memiliki harapan besar untuk dicapai. Yang jelas, gerakan literasi tak bisa hanya diwacanakan, melainkan harus dijabarkan. Budaya gemar membaca tak mungkin tumbuh begitu saja jika generasi muda kita tidak dibiasakan sejak dini gemar membaca.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *