Tanpa terasa tahun 2018 kini tinggal menyisakan bulan Desember. Perjalanan tahun yang cepat. Sebagai rakyat yang saya rasakan tahun 2018 nyaris lewat begitu saja, tanpa kesan dan perbaikan yang jelas dalam pengembangan ekonomi. Pembangunan infrastruktur mungkin mendapat prioritas yang jelas dan hasilnya nyata. Namun, ada banyak hal yang kiranya perlu dijadikan catatan sepanjang 2018 untuk dioptimalkan tahun 2019.
Di Bali, 2018 mungkin dicatat sebagai era baru, karena pergantian kepemimpinan. Ada banyak terobosan yang telah digulirkan pemimpin baru Bali. Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubenur Bali Cok Ace, mungkin sudah mulai menjabarkan visi misinya. Ada banyak hal yang dilakukan untuk menata bidang sosial budaya, pariwisata termasuk infrastruktur.
Ini merupakan era baru yang patut diapresiasi pada awal kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster. Mudah-mudahan semua berjalan sesuai rencana, mengingat selain program yang sudah matang ada banyak faktor yang mungkin menjadi hambatan. Misalnya tahun politik 2019 bisa saja membuat program pembangunan Bali tersendat. Atau mungkin saja sejumlah agenda tersendat akibat tak terbangunnya komunikasi dan pemahaman yang sama atas terobosan pada era baru Bali.
Untuk itu, saya berharap komunikasi pada tahun 2019 harus dijadikan kekuatan utama. Lobi dan komunikasi biasanya menjadi salah satu identitas keunggulan pengelolaan era baru. Ketika komunikasi gagal dibangun, besar kemungkinan program juga akan tersendat.
Di tengah makin banyaknya tantangan menjaga dan mengawal Bali, ada baiknya kita bersinergi menjaga Bali. Mari satukan potensi untuk menjaga Bali. Tokoh adat dan pengambil kebijakan di Bali mestinya lebih sering berkomunikasi untuk memecahkan masalah-masalah keumatan dan masalah sosial ekonomi lainnya pada tahun 2019.
I Wayan Arsana
Gianyar, Bali