Setiap hari warga Desa Titab, Kecamatan Busungbiu mengambil air bersih menggunakan jeriken yang diangkut sepeda motor. Ini karena fasilitas air bersih di desa mereka mati total ketika kemarau. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Titab dan Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu setiap musim kemarau kesulitan air bersih. Ini karena jaringan air bersih yang dikelola di dua desa ini debitnya kecil, sehingga tidak mencukupi semua kebutuhan warga. Setiap kemarau, warga harus mengambil air bersih dari sumbar mata air baku dengan menempuh jarak sekitar dua kilometer.

Masalah krisis air bersih ini sebenarnya dapat ditangani tuntas dengan dibangunya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) setelah Bendungan Titab – Ularan beroperasi. Hanya saja, hal itu baru bisa dipenuhi tahun 2021 mendatang. Dalam waktu dekat ini, SPAM itu justru dialirkan ke Kecamatan Seririt, Gerokgak, dan sampai ke Jembrana.

Tak pelak, hal ini memicu kesan kecemburuan karena Desa Titab dan Telaga merupakan penyanding terdekat dengan lokasi SMAP Bendungan TItab – Ularan justru mendapatkan manfaat nomer dua setelah dibangunnya bendungan di Bali Utara itu.

Perbekel Desa Titab, Kecamatan Busungbiu I Gede Oka di sela-sela menghadiri tatap muka perbekel serangkaian kunjungan kerja Bupati akhir tahun 2018 di Kecamatan Busungbiu Jumat (23/11) mengatakan, hampir semua warganya setiap kemarau kesulitan mendapat air bersih. Akibat situasi ini, setiap pagi atau pada sore hari warga mengambil air bersih dari sumber mata air baku yang muncul di alur Daerah Aliran Sungai (DAS) di desa. Setiap hari, warga harus mengambil air dengan jeriken yang diangkut dengan sepeda motor dengan menempuh jarak sekitar dua kilometer dari pemukiman warga. “Setiap musim kering seperti sekarang kalau tidak pagi ya sore hari warga kami mengambil air ke kelebutan (sumber mata air baku-red), karena tidak ada pilihan walau harus mengutamakan air warga terpaksa menunda bekerja,” katanya.

Baca juga:  Kemarau Diprediksi hingga November, Distribusi Air Bersih Dioptimalkan

Menurut Oka, air bersih yang dikelola desa dengan memanfaatkan sumber mata air baku di Desa Pucak Sari hanya beroperasi ketika musim hujan saja. Sedangkan ketika kemarau, debit air mati total. Apalagi, sekarang dengan banyaknya alihfungsi tanaman di sumber mata iar baku itu, debit airnya dikahwatirkan tidak akan memenuhi kebutuhan warga 350 kepala keluarga (KK) warga di Dusun Bale Dana dan Dusun Angsanasari. “Waktu masih beroperasi warga kami yang dekat sumber mata air saja yang mendapat air dan warga lain tidak dapat air. Untuk jangka panjang jelas tida menjamin ketersedian air bersih di daerah kami, apalagi sudah banya pengantian tanaman di hulu bisa saja kalau hujan debit airnya tetap kecil,” jelasnya.

Baca juga:  Hektaran Lahan Eks Galian C Gunaksa Terbakar

Di sisi lain Oka mengatakan, krisis air bersih di wilayahnya itu bisa diatasi dengan tuntas kalau jaringan SPAM yang dibangun Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) melalui BAlai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Penida. SPAM itu sendiri dibangun untuk mengalirkan cadangan air dari Bendungan Titab – Ularan yang sudah beroperasi. Hanya saja, dari dari fasilitas itu, Desa Titab dan desa tetangganya Telaga justru tidak termasuk sebagai pemanfaat. Sebaliknya, jaringan itu malah dialirkan ke Kecamatan Seririt, Gerokgak bahkan sampai ke Jembrana. Bahkan, dari perencanaan pemanfaatan SPAM di Desa Titab dan Telaga baru bisa dilakukan tahun 2021 mendatang. Atas kondisi ini, Oka meminta agar Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS) membantu memperjuangkan agar desanya yang paling dekat dengan lokasi bandungan mendapat layanan prioritas. “Desa kami yang paling dekat harusnya diprositaskan, tapi kenapa SPAM dari bendungan itu tidak ada dialirkan daerah kami. Saya minta tolong agar masalah ini disuarakan ke pemeirntah yang lebih tinggi, sehingga krisis air bersih yang terjadi bisa ditangani tuntas,” jelasnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Apresiasi Kinerja Samsat Drive Thru Kantor UPTD PPRD Buleleng

Menganggapi masalah itu, Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS) mengatakan, pemanfaatan SPAM dari bandungan Titab – Ularan itu merupakan program pihak BWS Bali Penida. Dari perencanaan, pembangunan SPAM tersebut bertahap. Tahap jaringan pipa distriusi dan resevoar dibangun untuk dialirkan ke wilayah Seririt dan Gerokgak. Tahap berikutnya, Bupati meyakini SPAM tersebut bisa dialirkan ke Desa Titab dan Desa Telaga. Untuk itu, pihkanya menghimbau warga bersabar, karena kebijakan pemerintah pusat juga terbatas dan realsiasinya sesuai prioritas. Untuk memastikan pembangunan SPAM Bendungan Titab – Ularan, Bupati bersama Kepala Dinas PUPR Buleleng Ketut Suparta Wijaya akan berkordinasi lebih intensi ke BWS, sehingga permasalahan ini lebih cepat ditangani. “BWS sudah memprograkan kalau SPAM dari cadangan air bandungan Titab – Ularan akan dialirkan ke Titab dan Telaga mulai 2021  dan kalau sekarang saya potong dan memaksa biar dilakukan tahun-tahun ini kan tidak enak, jadi mari kita tunggu dulu dan saya minta warga sabar, nanti saya bersama PUPR akan kordinasikan lagi melalui Pemprov Bali,” tegasnya. (mudiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *