BANYUWANGI, BALIPOST.com – Hujan lebat yang terus mengguyur Kabupaten Banyuwangi terus memicu musibah. Jembatan yang di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, putus, Kamis (29/11). Akibatnya, 17 kepala keluarga (KK) yang mendiami Kampung Babatan di desa setempat terisolir.
Warga harus memutar lebih jauh untuk bisa keluar perkampungan. Tak ada korban jiwa dalam musibah ini.
Namun, warga cukup kerepotan dengan tragedi tersebut. Ambrolnya jembatan yang melintasi sungai tersebut diketahui warga sejak Rabu (28/11) malam.
Meski ukurannya kecil, jembatan tersebut cukup vital. Sebab, menjadi akses utama warga keluar masuk perkampungan. “Hujan mengguyur mulai Selasa (27/11), lalu bersambung hingga Rabu malam. Jembatan tak mampu menahan debit air yang deras. Akhirnya jebol,” kata Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharam, Kamis pagi.
Menurut Eka, jembatan yang jebol ini dilalui aliran sungai yang berhulu dari lereng gunung. Bahkan, ada tiga aliran yang melintasinya. Sehingga, saat hujan lebat, air bercampur material lumpur menerjang. Lantaran tak kuat, jembatan permanen itu ikut tergerus air.
Beruntung, lokasi jembatan agak jauh dari perkampungan warga. Jembatan ini, kata Eka, menjadi akses warga ketika ke perkebunan, dikenal dengan kawasan babatan.
Selain menerjang jembatan, banjir juga merendam hampir 400 rumah dan puluhan hektar sawah. Kerugian ditaksir ratusan juta.
Persawahan yang terendam ditanami padi, buah naga dan jeruk. “Kami masih terus melakukan pendataan dan menerjunkan personel ke lokasi,” tegas Eka Muharam.
Menurutnya, hujan yang terus mengguyur membuat jajaran BPBD terus siaga.
Kades Sumberagung, Vivin Agustin mengatakan masih ada jembatan alternatif bagi warga untuk bisa keluar perkampungan. Namun, jaraknya sedikit jauh. “Jembatan yang jebol ini bukan jalur utama, masih ada jembatan alternatif,” tegasnya. (Budi Wiriyanto/balipost)