AMLAPURA, BALIPOST.com – Warga di Banjar Dalem, Desa Tianyar Tengah, Kubu Karangasem Jro Mangku Gede Wayan Berata bersama warga lainnya, yakni I Nyoman Mori dan Gede Dana menemukan fosil berupa taring manusia purba di dalam sebuah goa.
Selain taring, warga juga menemukan cincin di dalam goa tersebut. Sekarang ini taring dan cincin masih di tempatan di dalam goa tersebut menggunakan toples.
Warga, Gede Dana, Rabu (5/12) menuturkan, jika goa tersebut sejatinya sudah ditemukan oleh warga yakni Jro Mangku Gede Wayan Berata sekitar setahun lalu. Hanya, goa tersebut baru di tata sejak Agustus 2018.
Kata dia, saat melakukan penataan goa itulah, dirinya menemukan sebuah taring seperti taring manusia purba. Selain menemukan taring, warga lainnya yang membantu menata kala itu juga menemukan sebuah cincin. Penataan baru dilakukan setelah Ida Pandita Mpu Darma Yoga dari Gria Jaya Santi Desa Wana Giri, Sukasada Buleleng datang langsung kesini untuk melihat goa ini.
“Untuk taring itu saya sendiri yang menemukannya. Sementara untuk cincinya ditemukan oleh Nyoman Mori. Dimana untuk taringnya itu ditemukan pada tanggal 17 Agustus sekitar pukul 11.00 Wita. Sementara untuk cincinnya itu baru ditemukan setelah tiga harinya tepatnya pada 20 Agustus pukul 14.00 Wita. Taring ditemukan di sela-sela bebatuan berisi batok kelapa. Termasuk cicinya juga di temukan di sela bebatuan. Dan sekarang taring dan cincin itu kami simpan di sebuah toples yang ditempatkan di goa yang diberi nama Goa Giri Kencana,” ujarnya.
Dia menjelaskan, setelah menemukan taring tersebut, pihaknya coba langsung mencari benda tersebut di internat. Dimana setelah dicari di internet, benda tersebut di duga fosil taring manusia purba yang umurnya sudah ratusan tahun.
Jelas dia, pascatemuan taring dan cincin tersebut, sudah banyak masyarakat yang datang untuk melihat benda tersebut. Selain itu juga, banyak warga yang melakukan yoga semedi, belajar weda.
Jro Mangku Gede Wayan Berata mengungkapkan, pihaknya melakukan penataan goa itu setelah sering bermimpi membuat bataran di goa tersebut.
Jelas dia, atas mimpi itulah dirinya di bantu warga lainnya akhirnya memutuskan untuk menata goa itu. Dimana sebelumnya goa itu cukup sempit, namun setelah dilakukan penatan goa itu bisa ditempati sekitar 50 orang.
“Sebelum saya melakukan penaatan goa ini dulu saya sering sekali sakit. Tapi setelah saya lakukan penataan goa ini, astungkara sekarang jarang sakit. Dan setiap purnama, tilem dan rahinan lainnya saya salau sembahyang ke goa ini,” katanya sembari menyatakan, jika sebelumnya sempat ini membawa taring itu pulang kerumahnya, hanya saja di dalam perjalan dirinya merasa resah dan ada orang yang mencegatnya. Sehingga dirinya kembali membawa taring itu untuk di taruh di goa itu.
Sementara itu, warga lain, Ketut Suberata mengatakan, jika goa yang ditemukan itu bakal dijadikan sebagai tempat untuk belajar spiritual dengan dijadikan sebagai pasraman spiritual yang dimiliki banyak orang. Dengan begitu dari manapun orangnya bisa belajar di tempat ini.
“Saya sering melakukan meditasi di tempat ini. Dan dapat mengalami perubahan. Salah satunya sebelunya saya sangat sulit berkomunikasi dengan orang banyak, tapi sekarang sudah biasa berkomunkasi dengan orang banyak. Sebelumnya juga ada warga yang mengalami jantung lemah makemit di goa ini, setelah makemit dia bilang jantung lemah yang dideritanya sudah membaik,” jelas Suberata. (eka prananda/balipost)