Umat Hindu saat tiba di Segara Klotok, serangkaian melasti terkait Karya Agung di Pura Dasar Buana Gelgel. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Ribuan umat Hindu, Minggu (23/12), mengikuti prosesi melasti ke Pantai Klotok serangkaian Karya Agung Mamungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung Tawur Panca Wali Krama dan Mahayu Jagat Marisudha Bumi, di Pura Dasar Buana Gelgel, yang puncaknya akan digelar pada 31 Desember nanti.

Selain melasti, juga dilanjutkan dengan ritual pakelem di Segara Klotok. Umat Hindu Desa Gelgel dan Bali pada umumnya, menuju Segara Klotok sekitar pukul 08.00 wita. Mereka tumpah ruah turun ke jalan dan ngiring pralingga Ida Batara bersama-sama.

“Umat ketog semprong, begitu antusias ikut melasti. Ini cermin kesadaran umat yang tinggi atas keberadaan Pura Dasar Buana Gelgel,” kata Koordinator Karya Agung Pura Dasar Buana Gelgel, Dewa Soma.

Baca juga:  Gempabumi di Gianyar Jenis Dangkal

Prosesi melasti kapuput Ida Pedanda Gde Putra Tembau dari Gria Aan, Ida Pedanda Gde Karang Putra Keniten dari Gria Satria Kangin dan Ida Pedanda Gde Wayan Darma dari Gria Wanasari.

Dewa Soma menegaskan, melasti tujuannya adalah untuk menyucikan pratima, pralingga, tapakan Ida batara sesuhunan, agar kembali suci. Agar sinar sucinya “jenek” pada pratima masing-masing. Sementara untuk sarana upacaranya, menggunakan tawur labuh gentuh dan nangluk merana.

Setelah prosesi melasti, dilanjutkan dengan ritual mulang pakelem, menggunakan sarana kebo, kambing, banyak, itik selem, ayam selem. Ritual ini bermakna, bahwa sistem pakelem itu menurutnya kalap (katur)  kepada penguasa samudra. Bentuk ungkapan rasa syukur kepada Sang Kala Sunia, penguasa sang waktu, karena beliaulah yang mengelola samudra, sehingga selalu tenang dan damai. Sehingga jagat dan umat dijauhkan dari segala bencana.

Baca juga:  Kasus Postif COVID-19 Meningkat, Walikota Denpasar Imbau Perketat Pengawasan Duktang

Menurutnya, semua item sarana pakelem ini memiliki makna tersendiri. Semua tercermin dari seluruh unsur binatang pakelem tersebut. “Kedamaian umat kita, apabila alam sendiri sudah tenang, dengan segala persembahan kita kepada-Nya di laut ini,” katanya.

Selain ritual mulang pakelem, prosesi dilanjutkan dengan pelepasan tukik sebanyak 11 ekor, guna menjaga keseimbangan alam, sekaligus nunas tirta kamandalu di tengah samudra. Kemudian, setelah datang dari masucian, dilaksanakan upacara memasar,  pamendak pamungkul kala di depan pintu masuk Pura Dasar Buana Gelgel, baru pratima Ida Batara jenek malinggih. “Setelah malinggih, umat sudah bisa ngeyasa, maturan sesidan-sidan,” katanya.

Setelah rangkaian ritual melasti pakelem, pelepasan tukik dan nunas tirta kamandalu, prosesi karya selanjutnya akan diawali dengan Memben Tawur Panca Wali Krama, pada 26 Desember mendatang. Prosesi selanjutnya, kata Dewa Soma, akan dilanjutkan pada 27 Desember nanti, dengan rangkaian ritual prosesi Tawur Panca Wali Krama, Panyegjeg Bumi dan Pedanan, bertempat di Pura Bencingah Agung Pura Dasar Buana Gelgel.

Baca juga:  Karena Ini, Masyarakat Diminta Tak Menabung

Sementara, sehari sebelum puncak karya, 30 Desember digelar Mapepada untuk menyucikan hewan yang akan digunakan sarana upacara. Pada 31 Desember, baru digelar puncak karya Puncak Karya Pengebek, Pengenteg, Pengodal, Peselang, dipusatkan di Pura Pusering Jagat, Pura Yasa, Pura Penyucian, Pura Melanting, Bale Agung Kahyangan Jagat Dasar Buana dan Peselang. (bagiarta/balipost)

 

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *