BANYUWANGI, BALIPOST.com – Musim liburan membawa berkah bagi para petani buah naga di Kecamatan Pesanggaran, sekitar 40 kilometer arah selatan Kabupaten Banyuwangi. Tak hanya hasil panen, mereka menambah rezeki dengan membuka wisata petik buah naga. Hasilnya menggiurkan.
Memetik buah naga di kebun ternyata menarik wisatawan. Menjadi obyek wisata baru, petik naga cukup favorit. Terutama, wisatawan domestik dari luar kota. “Setiap hari, ada saja rombongan wisatawan. Rata-rata sekitar 50 hingga 100 orang,” kata
Suryadi, salah satu petani naga yang juga Ketua Kelompok Karya Tani di Dusun Ringinsari, Desa/Kecamatan Pesanggaran, Minggu (30/12). Pria ini mengisahkan, ide membuat wisata agro petik naga berawal dari geliat pariwisata di Banyuwangi.
Lalu, keprihatinan petani ketika musim panen, harga buah naga selalu murah. “Akhirnya, kami mendapatkan pendampingan melalui CSR dari investor tambang emas di Pesanggaran. Terbentuklah, agro wisata petik buah naga,” kisahnya.
Luas lahan buah naga yang disediakan bagi wisatawan mencapai 20 hektar. Bisa panen sepanjang tahun. Sehingga, wisatawan tidak perlu khawatir tak mendapat buah naga hika berkunjung ke tempat ini.
Menurut Suryadi, obyek wisata agro petik naga yang dikelolanya terbilang baru. Sekitar dua bulan dibuka. Panen raya buah naga biasanya jatuh mulai Agustus “September hingga Oktober. Di luar musim, para petani tetap bisa merangsang pohon agar bisa panen. Yakni, menggunakan metode lampu. Sehingga mulai Maret, Juni hingga Juli, panen raya kembali muncul. Meski, jumlah buahnya tak sebanyak ketika panen normal,” jelasnya.
Di obyek wisata petik naga, wisatawan bisa menikmati buah naga segar yang dipetik sendiri dari pohon. Lalu, membawa pulang buah naga. “Tiket masuk hanya kami tawarkan Rp 10.000, menikmati buah naga sepuasnya. Jika akan membawa pulang, bisa petik sendiri, lalu harganya sesuai berat yang dipetik,” jelas Suryadi.
Selama ini, wisatawan domestik banyak datang dari Bali, Surabaya dan Jakarta.
Selain petik naga, wisatawan dimanjakan dengan aneka kuliner khas lokal.
Sehingga, setelah puas berkeliling kebun naga, wisatawan beristirahat sembari menyantap kuliner. Seperti, sayur bunga pisang, sayur batang keladi, nasi jagung hingga nasi gaplek. “Kami menyajikan kuliner pedesaan, ini sangat diminati,” jelasnya.
Wisata petik buah naga cukup mendongkrak pendapatan petani. Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan sedikitnya lima kecamatan di Banyuwangi dijadikan sentra buah naga. Total lahannya sekitar 16.000 hektar.
Dari jumlah ini, bisa dikembangkan menjadi wisata agro. “Kami mendampingi dari sisi kualitas pertaniannya. Sehingga, buah yang dihasilkan benar-benar alami, bebas kimia,” tegasnya. (Budi Wiriyanto/balipost)