SEMARAPURA, BALI8POST.com – Rumput laut telah menjadi ikon Kecamatan Nusa Penida. Pada masa jayanya, banyak produk yang bisa dihasilkan, mulai dari produk kosmetik hingga berbagai bentuk makanan. Anggapan bahwa rumput laut kerap diserang penyakit hingga banyak warga beralih profesi, membuat Pemkab Klungkung membuat kajian khusus.
Hasilnya, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, Jumat (18/1), menegaskan bahwa rumput laut masih layak dibudidayakan. Ini disampaikan Bupati Suwirta saat bertemu langsung dengan masyarakat Lembongan, Kecamatan Nusa Penida.
Hasil kajian ini, kata dia, akan disampaikan kepada seluruh warga Kecamatan Nusa Penida, agar kembali bangkit untuk melestarikan budidaya rumput laut, yang sejak dulu sesungguhnya sudah menjadi identitas masyarakat setempat. “Hasil kajiannya jelas, bahwa rumput laut di Nusa Penida masih hidup normal dan masih sangat layak untuk dibudidayakan,” tegas Bupati asal Nusa Ceningan ini.
Hasil kajiannya lainnya, juga terungkap bahwa penurunan produksi rumput laut selama ini, lebih disebabkan karena masyarakat cendrung beralih profesi menekuni dunia pariwisata, terutama generasi muda. Sebab, pesatnya perkembangan Nusa Penida, membuat generasi muda setempat lebih melirik dunia pariwisata karena dinilai memperlihatkan hasil lebih menjanjikan. “Tetapi, sebagian mereka yang tidak berkecimpung di dunia pariwisata cendrung kembali menanam rumput laut,” katanya.
Dengan hasil tersebut, pihaknya mengajak beberapa pihak terkait, dari yang menangani rumput laut di hulu dan hilir, untuk kembali mengembangkan budidaya rumput laut. Selain itu, pembudidayaan udang, kepiting,,abalon dan krapu termasuk hidroponik, juga diminta lebih dikembangkan lagi, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sektor pariwisata di Nusa Penida.
“Saya sudah tugaskan perbekel bersama dinas terkait mendata dengan pasti berapa masyarakat yang serius kembali ke budidaya rumput laut. Kalau hasilnya memang tidak ada lagi warga yang mau, sekalian areal tersebut digunakan atraksi wisata atau water sport,” tegas Suwirta seraya meminta agar di desa segera membentuk kelompok untuk budidaya udang, kepiting dan krapu.
Sebelumnya, menurut I Wayan Suarbawa, sebagai petugas lapangan Dinas Perikanan dan Kelautan Klungkung, menyampaikan hasil demplot rumput laut tersebut. Demplot tersebut bertujuan untuk menguji hasil produksi rumput laut. Demplot dipusatkan di tiga tempat, antara lain di Semaya, Batununggul dan Lembongan. Demplot sudah dibuat sejak April 2018. Sementara, hasilnya dikatakan cukup bagus, karena rumput laut yang tumbuh cukup subur dan dijauhkan dari penyakit.
Tetapi, menurutnya proses ini perlu diperpanjang untuk mengetahui validitas hasilnya, agar lebih akurat berdasarkan siklus tahunan rumput laut, bukan lagi bulanan. “Penyakit yang menyerang rumput laut, kerap membuat petani mengeluh. Kami ingin tahu dan sekaligus mencari solusi menghadapi penyakit ini, kemudian menyebarkannya kepada petani, agar mereka tetap menekuni menjadi petani rumput laut. Sebab, rumput laut adalah salah satu identitas Nusa Penida,” katanya.
Penyakit ice-ice ini, menurutnya adalah faktor utama kenapa produksi rumput laut semakin menurun. Ditambah lagi perkembangan pariwisata Nusa Penida yang kian pesat. Padahal, daerah pesisir rumput laut merupakan andalan penopang kehidupan warga di pesisir. Seharusnya, antara pariwisata dan petani rumput laut, bisa saling berkolaborasi, sehingga saling menguntungkan.
Sejak rumput laut terus diserang penyakit, warga yang biasa bekerja sebagai petani rumput laut kian beralih pekerjan lainnya. Sisi lain, pariwisata kecamatan Nusa Penida berkembang pesat sehingga warga yang dulunya sebagai petani rumput laut beralih sebagai pekerja pariwisata atau penopang pariwisata dan buruh bangunan. (bagiarta/balipost)