Bali sebagai destinasi wisata favorit. Ini tentu sangat kita banggakan dan membuat kita tersanjung. Tetapi apa yang terjadi belakangan ini tentu juga harus kita sikapi bersama. Mulai dari kasus wisatawan masuk kawasan suci lalu duduk di palinggih sampai ada wisatawan yang bercinta di salah satu tempat yang kita sucikan.
Belakangan, ada bule yang ngamuk di hotel dan terakhir ada wisatawan merusak patung Catur Muka. Ini mungkin baru sebagian kecil kejahatan wisatawan di Bali. Ini tentu layak dijadikan catatan bersama agar kita tak terjebak dengan status wisatawan.
Belum lagi, ada banyak warga negara asing di Bali yang terjerat narkoba dan pembobol ATM. Ini tentu sulit kita sebut wisatawan karena perilakunya justru lebih condong sebagai pelaku tindak kejahatan. Saya berharap dinas terkait yang membidangi pariwisata termasuk asosiasi lainnya yang terkait dengan wisatawan lebih selektif.
Jangan asal banyak warga asing datang ke Bali kita bangga. Dampaknya bagi Bali juga harus kita pikirkan. Saya juga yakin jumlah wisatawan yang bermasalah dengan wisatawan yang memang ingin berlibur di Bali tak sebanding. Namun, yang justru lebih viral belakangan ini adalah wisatawan yang bermasalah.
Jika memungkinkan agar sidak atau pengawasan di objek wisata juga rutin dilakukan. Pelaporan wisatawan yang menginap di hotel-hotel atau di rumah-rumah penduduk atau vila juga diintensifkan.
Jangan sampai dengan status sebagai wisatawan, mereka justru menjadi beban bagi kita. Mari kita menuju pariwisata berkualitas dengan lebih selektif menerima kunjungan wisatawan. Jangan sampai jumlah wisatawan banyak, kita justru tambah susah hidup di Bali, karena kejahatan melibatkan warga asing juga makin marak.
I Wayan Arsana
Gianyar, Bali