AMLAPURA, BALIPOST.com – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Karangasem membuat petani cabai gigit jari. Pasalnya, akibat terus di cucur hujan buah cabai mengalami kerusakan. Kondisi itu membuat petani merugi akibat buah cabai tidak dapat dijual karena membusuk.
Petani cabai asal Muncan, Selat, Mangku Sandia mengatakan, jika hujan mengguyur cabainya sejak sebulan terakhir. Atas kondisi itu, membuat buah cabai menjadi membusuk dan rontok. Bahkan daun cabai kini menjadi menguning. Bahkan ada cabai yang mati. Luas lahan cabai mencapai belasan hektar.
“Kondisi ini mengakibatkan kerugian belasan juta rupiah. Ini bukan kali pertama merugi. Sebelumnya juga sering merugi seperti ini,”ujarnya.
Sandia menambahkan, untuk mencegah kerugian semakin besar akibat buah cabai terus rusak dan rontok, maka dirinya terpaksa harus melakukan panen cabai lebih awal. Kata dia, memang cabai yang dipanen warnanya masih hijau. Disamping itu juga, jumlah cabai yang dipanen jauh berkurang.
“Kalau normal hasil apanen bisa mencapai 25 kg dengan luas lahan sekitara tiga are. Tapi sekarang hanya dapat penen 10 kg saja,”ujarnya.
Dia menjelaskan, harga cabai hijau yang di jual di pasaran jauh lebih murah ketimbang cabai warna merah. Jelas dia, untuk cabai hijau harganya hanya Rp 5 ribu per kg, sedangkan untuk cabai merah harganya lebih mahal yakni Rp 15 ribu per kg.
Sementara salah seorang pedagang cabai di Pasar Amlapura Timur, Ni Wayan Budani menjelaskan, sejak sepekan terakhir harga cabai mengalami peningkatan. Jelas dia, sebelumnya harga cabai Rp 20 ribu per kg, dan sekarang ini harga cabai naik menjadi Rp 27 ribu per kg. “Harga cabai naik akibat banyak petani cabai yang banyak mengalami gagal panen. Sehingga hasil panen menjadi jauh berkurang. “jelas Budani (eka prananda/balipost)