JAKARTA, BALIPOST.com – Staf Khusus Presiden, AAGN Ari Dwipayana mengatakan setelah sukses pada pembangunan infrastruktur, pemerintahan Joko Widodo ke depan fokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM). Dalam kaitan itu, umat Hindu akan menjadi bagian dari fokus pemerintah dalam memajukan pembangunan teknologi industri tersebut.
“Konsen Pak Jokowi selama ini setelah pembangunan infrastruktur secara besar-besaran dilakukan, sekarang masuk ke dalam investasi human capital, dan umat Hindu menjadi bagian dari upaya memperkuat itu,” ujar Ari Dwipayana pada Sarasehan Nasional Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1941/Tahun 2019 dan Angayubhagya 60 tahun PHDI di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/2).
Untuk itu, ia menekankan agar bangsa Indonesia dan umat Hindu khususnya harus menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0. “Kita bangsa Indonesia harus siap menghadapi revolusi Industri keempat, dan persiapan paling penting adalah persiapan menusianya,” kata Ari.
Sementara itu, Praktisi Teknologi Industri 4.0 Yohanes Kurnia Widjaja mengatakan pada 2019 ini, Indonesia sudah memasuki tahun percepatan revolusi industri. Sehingga mau tidak mau pada 2022 bangsa Indonesia sudah menyesuaikan perubahan yang terjadi.
Tantangan yang dihadapi saat ini adalah pergerakan revolusi industri dunia yang begitu cepat. Oleh karenanya, di sekolah maupun institusi pendidikan lainnya sudah harus secara masif disosialisasikan kepada masyarakat. “Juga dalam krurikulum pelajaran perlu menyikapinya tentang digitalisasi, tentang robotica, tentang kepintaran buatan, tentang kecerdasan lainnya. Nah itu semua mesti dibahas dan disosialisasikan melalui berbagai macam, forum dan diskusi seperti sarasehan seperti ini,” katanya.
Sejauh ini, Yohanes Kurnia mengakui ada sejumlah penolakan dari masyarakat akan keberadaan robotica, terutama dari para buruh dan pekerja yang dalam pekerjaannya banyak menggunakan fisik.
Namun tak jemu, Yohanes Kurnia yang direkrut pemerintah menjadi salah satu tim penyusun kurikulum nasional teknologi industri memberi pemahaman kepada para buruh bahwa industri ini tidak menggantikan mereka. “Jadi mereka akan diberikan sertifikasi bagaimana mengoperasikannya, bagaimana melakukannya, bagaimana memaintenance, sehingga sikap penolakan yang keras kini perlahan melunak,” ujarnya. (Hardianto/balipost)