Ilustrasi. (BP/ant)

Kebanggaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) haruslah terus dibangun. Semua sektor dan elemen bangsa ini hendaknya dengan sadar dan terus-menerus membangun ruang untuk memupuk rasa nasionalisme.

Tentunya rasa nasionalisme jangan sampai pudar karena kepentingan dan ambisi kekuasaan. Nasionalisme haruslah menjadi spirit dalam kebinekaan agar kita tetap bisa hidup harmonis dalam wadah NKRI.

Kini, di tengah menguatknya politik identitas dan sebaran berita hoax, nasionalisme haruslah terus didengung-dengungkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Kita tak boleh terjebak oleh kondisi di lapangan yang memunculkan banyak paham dan kepentingan ideologi.

Namun, sebagai bangsa yang kuat dan besar, kita tidak boleh terjebak kepentingan sekelompok orang. Sejak awal, kita harus melakukan pembentengan terhadap NKRI dengan melakukan tindakan tegas terhadap oknum yang hendak melakukan penyimpangan konstitusi negara.

Baca juga:  Pemilu 2024, Penyebaran “Hoax” Ganggu Polri

Kepentingan personal atau golongan yang menjauh dari spirit NKRI haruslah ditindak. Kita jangan lalai memupuk rasa nasionalisme. Karena itu, paham nasionalisme diharapkan tidak hanya menjadi euforia, namun benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Satu hal penting juga harus dijaga dan dipupuk dalam era demokrasi yang mulai saat kepentingan kelompok adalah memaknai dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal.  Sadar atau tidak sadar, yakin atau tidak yakin, kini masih ada diskriminasi terhadap kelompok atau komunitas tertentu.

Padahal, dalam nasionalisme ada paham kebinekaan yakni menghormati kemajemukan. Ini harus dikawal oleh elite bangasa ini. Untuk itu, parpol sebagai pintu masuk lahirnya elite bangsa hendaknya bertindak cermat dan selektif dalam mencalonkan calon pemimpin bangsa. Parpol jangan abai dalam hal ini. Kegagalan parpol merekomendasikan calon pemimpin bangsa yang bijak adalah awal kehancuran nasionalisme.

Baca juga:  Perlunya Evaluasi Pemilu Serentak

Dalam era demokrasi yang cenderung dimaknai sebagai perebutan kekuasan, partai politik hendaknya menjadi pilar penyangga bangsa. Partai politik lewat jejaringnya hendaknya mampu membangun rasa nasionalisme, bukan malah melakukan langkah destruktif.

Adalah sangat ironis, ketika partai politik yang ada di negara ini melakukan program-program terobosan yang menjauh dari konstitusi NKRI. Nasionalisme hendaknya tetap menjadikan rujukan partai politik jika kita ingin damai dalam kebinekaan.

Kini, dengan makin banyak media massa yang ada, mestinya sosialisasi tentang kebinekaan dan nasionlisme tak menemui hambatan berarti. Yang terjadi justru sebaliknya. Kini, banyak media sosial yang justru menjadi antitesis upaya menuju keharmonisan. Kebohongan dan porovokasi yang ditawarkan media sosial membuat nasionalisme menjadi barang mahal.

Baca juga:  Menko Marves Minta Konten Kreator TikTok Tidak Timbulkan Pertikaian

Padahal, untuk membangun nasionlisme yang kuat dan mengakar di generasi muda bangsa, media sosial hendaknya menjadi ruang yang terbuka untuk berdiskusi menjaga NKRI. Untuk itu, politisi janganlah ikut menebar kebencian lewat media massa.

Jadilah politisi yang patut diteladani dengan bertindak bijak dan arif untuk kepentingan bangsa. Jangan menyandarkan kepentingan politik dan kekusaan pada cara-cara kotor. Bangunlah demokrasi yang mengedepankan etika dan kesatunan. Kita tentu berharap politisi menjadi perekat kebinekaan bukan sebagai penghancur negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *