Ilustrasi. (BP/istimewa)

Masyarakat dunia kini ramai membahas masalah revolusi industri 4.0. Ada semacam kekhawatiran, revolusi industri 4.0 akan membawa gelombang tsunami PHK (pemutusan hubungan kerja). Mengingat, revolusi industri generasi keempat ini ditandai dominannya pemanfaatan superkomputer, robot pintar, kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan kecanggihan lain menggantikan tenaga bahkan inteligensi manusia. Itu bagi yang pesimis. Bagi yang selalu optimis dan melihat peluang, revolusi industri 4.0 ini malah telah melahirkan unicorn.

Unicorn ini sempat menjadi sorotan ketika dilemparkan ke publik saat debat Pilpres, beberapa waktu lalu. Unicorn merupakan istilah untuk perusahaan-perusahaan rintisan (startup) yang memiliki valuasi 1 miliar dolar AS (sekitar Rp 14 triliun). Uniknya, Indonesia saat ini termasuk negara yang memiliki unicorn terbanyak di Asia Tenggara.

Baca juga:  Politik Masuk Pendidikan

Dari 7 unicorn di Asia Tenggara, di Indonesia ada 4 startup. Unicorn-unicorn ini rata-rata memanfaatkan peluang revolusi industri 4.0. Yakni, memanfaatkan kecanggihan teknologi (informasi) berbasis jaringan. Empat unicorn itu masing-masing Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Unicorn-unicorn ini masih berpeluang tumbuh dan berkembang menjadi decacorn (valuasi 10 miliar dolar AS) yang saat ini telah ada 15 di dunia.

Pembangunan infrastruktur harus diakui menjadi salah satu kunci laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan sampai ke pelosok desa, akan memudahkan distribusi barang maupun jasa. Pembangunan insfrastruktur jaringan telekomunikasi utamanya internet, juga tidaklah bisa diabaikan terutama dalam revolusi industri 4.0 ini.

Gudang fisik untuk menyimpan produk sangatlah perlu. Tapi “gudang maya” penyimpan berbagai data tidak kalah vitalnya. Justru ini sangat vital dalam revolusi industri 4.0, karena semua bekerja berdasarkan data.

Baca juga:  Berjuang Mendapatkan yang Terbaik

Revolusi industri 4.0 dominan memanfaatkan data untuk membangun bisnis jaringan secara optimal. Ini sangat kentara di unicorn-unicorn yang ada. Berbagai produk barang dan jasa mulai dari pertanian, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan lainnya dipasarkan di jaringan maya ini. Karena itu, keberadaan unicorn-unicorn ini juga sangat dirasakan manfaatnya bagi UMKM dan industri kreatif lainnya.

Bahkan, juga dimanfaatkan usaha skala besar seperti hotel, restoran, pabrikan dan sejenisnya. Jika pembangunan insfrastruktur fisik dan infrastruktur maya ini dapat dipacu, tentu startup-startup bisa melaju menjadi unicorn-unicorn baru bahkan mencapai decacorn di Indonesia.

Baca juga:  Diprediksi, 5 Juta Pekerjaan Hilang Akibat Teknologi

Dengan gencarnya pembangunan infrastruktur utamanya sampai ke pelosok desa terpencil, diharapkan dapat memacu laju distribusi barang dan jasa di seluruh tanah air. Akan menjadi sangat fantastis jika ini juga diimbangi dengan laju pembangunan jaringan infrastruktur dunia maya. Berbagai produk di pelosok makin dipercepat pemasaran dan distribusinya, bahkan ke seluruh dunia.

Startup-startup baru akan bermunculan untuk tumbuh dan berkembang tidak hanya menjadi unicorn, bahkan decacorn. Mereka-mereka ini diharapkan membangun dan mengembangkan jaringan bisnis sehingga revolusi industri 4.0 tidak membawa gelombang tsunami PHK. Revolusi industri 4.0 justru membawa Indonesia menjadi pemilik unicorn bahkan decacorn terbanyak dan terbesar di dunia.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *