Dokar hias gratis untuk mendukung Denpasar Heritage City Tour dijadwalkan pada Sabtu dan Minggu selama 2018. (BP/dok)

Sepintas city tour dan Desa Wisata tampak kontradiktif. Tapi pada dasarnya tujuannya sama, menarik dan mendatangkan wisatawan.

Lebih spesifik lagi, meraup uang dari wisatawan yang datang. Hanya keduanya belum optimal menarik dan mendatangkan wisatawan seperti yang diharapkan. Keduanya belum mampu “merayu” wisatawan agar mau lama tinggal dan lebih banyak berbelanja di desa wisata atau kota yang ada city tour-nya.

Di beberapa negara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, city tour cukup diminati wisatawan yang datang ke sana. Di Tanah Air, Jakarta dengan paket Wisata Kota Tua-nya termasuk berhasil dalam program city tour ini.

Berbagai bangunan warisan sejarah dan sudut kota lainnya dipoles artistik sehingga menarik dikunjungi. Pemda DKI Jakarta juga merevitalisasi Kali Besar agar seperti sungai di Singapura atau Seoul, Korea Selatan. Di Bali beberapa kota telah mengembangkan heritage city tour. Semua daerah juga mengembangkan Desa Wisata.

Baca juga:  Mengubah Mental PNS Jadi Mental "Startup"

Denpasar mempunyai paket Heritage City Tour. Paket ini lebih menonjolkan wisata pura, puri, dan pasar. Masuk dalam paket ini, Pura Jagatnatha, Museum Bali, Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Jaya Sabha, Puri Pemecutan, Puri Jero Kuta, Pura Maospahit, Pasar Badung dan Pasar Kumbasari.

Sebagai penunjangnya, Tukad Badung yang telah ditata seperti sungai-sungai di Singapura. Juga ada Tukad Bindu, Desa Wisata Kertalangu dan lainnya. Sementara Klungkung mengembangkan paket city tour dengan menawarkan Kertha Gosa, Puri Agung Klungkung, Monumen Puputan Klungkung, Pasar Seni Semarapura, Desa Kamasan. Sebagai penunjangnya, Desa Paksebali, Tukad Unda, Desa Tihingan, Museum Gunarsa.

Baca juga:  "Waste to Wealth" Dimulai Lewat Bersih Pantai Kertalangu

Dari sisi promosi, pemerintah daerah setempat telah berupaya “menjual” paket city tour maupun desa wisata ini. Misalnya dengan menggelar berbagai festival berbau heritage. Hanya saja patut dicatat, promosi ala pemerintah tentu sedikit berbeda dengan yang dilakukan para profesional pelaku pariwisata.

Pemerintah daerah harus lebih banyak lagi menggandeng dan melibatkan kalangan profesional pelaku pariwisata dalam melakukan promosi ini. Pemberian insentif atau reward kepada mereka yang telah mendatangkan wisatawan dan sampai mau berbelanja, bisa diadopsi dalam batas kewajaran.

Dunia plesiran sekarang ini menuntut kreativitas dan inovasi para pelaku pariwisata. Destinasi tidak bisa lagi hanya mengandalkan keindahan objek, tetapi harus menghiasinya dengan aneka garnis atraksi wisata. Ketika menawarkan paket city tour misalnya.

Baca juga:  Tarik Wisatawan, Desa Ini Andalkan "Setra" Ari-ari

Jika hanya menjual bangunan-bangunan kuno mati, tentu uang yang dibelanjakan wisatawan hanya terbatas segitu saja. Wisatawan akan lebih tertarik dan mau berbelanja lebih, jika sepanjang city tour disuguhi atraksi wisata yang menceritakan nilai historis heritage tersebut. Demikian juga saat mereka mengunjungi Desa Wisata tertentu.

Perlu SDM profesional pelaku pariwisata yang penuh kreasi dan inovasi mengelola city tour dan Desa Wisata. Kalau pun harus orang lokal yang mengurusnya, haruslah benar-benar dipersiapkan kompetensinya menjadi profesional-profesional di bidang pariwisata. Tidaklah bisa hanya membuat destinasi-destinasi baru, paket-paket wisata baru, jika tidak dibarengi promosi dan pengelolaan profesional SDM berkompeten.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *