Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (BP/ant)

Proses menuju kekuasaan politik di negeri sangat panjang dan melelahkan. Maka sangatlah pantas jika biaya politik bagi para kandidat menjadi mahal dan melelahkan. Tak hanya mahal, proses politik di negeri ini juga bersinggungan dengan stablitas dan kenyamanan. Ideologi juga sering diperdebatkan dan ujung-ujungnya hanya untuk membuktikan layak menjadi pemimpin.

Namun, jauh dari kepentingan pengelolaan dan perebutan kekuasaan, dunia politik semestinya bisa dikelola dengan pendekatan yang komunikatif. Semua calon tentu haruslah bersinergi merumuskan langkah terbaik untuk mengelola negeri ini.

Debat kusir dan saling serang antar-tim sukses selama tahapan politik berlangsung hanyalah bentuk–bentuk energi mubazir. Energi yang sia-sia. Tak ada banyak manfaat  yang dinikmati warga negeri ini atas debat kusir yang dipertontonkan para tim sukses. Yang dominan justru kita membiasakan diri berperilaku saling serang dan mencaci. Ini tentu karakter yang jauh dari peradaban bangsa ini. Kita mestinya menjauh dari model politik semacam ini.

Baca juga:  Bantuan Peremajaan Kopi Untuk Tabanan Dibatalkan

Dalam kemajemukan bangsa  baik suku, ras, dan golongan, pengelolaan politik yang sarat caci maki dan saling serang hanya akan memperlonggar kesatuan. Ini salah satu bentuk potensi ancaman bagi negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini  tentu sangat berbahaya bagi keutuhan negeri ini.

Makanya, sangatlah elok jika para tim sukses dan kandidat tetap berperilaku santun, bijak, dan menggunakan politik beretika dalam menuju kekuasaan. Tunjukkan diri layak menjadi pemimpin bangsa ini tanpa harus menyebar kebohongan, menghujat, dan mendiskreditkan lawan. Jadilah kandidat yang bijak dan santun. Bagi rakyat negeri ini yang layak menjadi pemimpin bangsa adalah orang bijak, figur yang menempatkan rasa persatuan di atas kepentingan golongan  terlebih di atas kepentingan pribadi.

Baca juga:  Mengenalkan Kondisi Lingkungan Alam kepada Anak-anak

Untuk itulah, debat capres dan cawapres yang dikelola Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai salah satu tahapan pemilu hendaknya dikelola dengan baik. Forum yang dibiayai uang rakyat ini jangan dijadikan ajang untuk mengajarkan rakyat cara-cara menghina atau menghujat lawan. Rakyat berharap forum ini dijadikan ruang dialog untuk menunjukkan program dan visi misi yang ideal untuk mengelola negeri ini. Menjadi ironis ketika seorang pemimpin mengedepankan cara-cara destruktif untuk menunjukkan diri lebih pintar dan lebih layak menjadi pemimpin.

Jujur, kalau pemilu digelar hari ini dengan memangkas sejumlah tahapan, sebagian besar rakyat di negeri ini sudah punya pilihan politik. Tahapan yang panjang hingga 17 April 2019 hanyalah tahapan formalitas. Mestinya, ruang yang tersisa, waktu yang ada, segera dikelola oleh para kandidat untuk membangun komunikasi yang sehat dengan penduduk di negeri ini. Jangan mengelola waktu yang ada untuk menyebar fitnah dan saling serang. Jangan membangunkan antipati publik untuk datang ke TPS dengan cara-cara berpolitik yang tak sehat.

Baca juga:  Konsisten Menjaga Identitas Pariwisata Bali

Mari jadikan demokrasi di negeri ini demokrasi yang berkualitas dan bermartabat. Jangan menjadi bagian penikmat demokrasi dengan melakukan segala cara. Ingat demokrasi yang sangat mahal di negeri ini semestinya menghasilkan presiden dan wakil presiden yang layak dan ideal, serta terpilihnya para wakil rakyat yang jujur. Jadikan wakil rakyat yang peka lingkungan bukan menjadi wakil rakyat abdi pimpinan parpol.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *