Pecaruan Pamehayu Segara di Pura Rambutsiwi digelar Minggu kemarin menjelang pujawali yang dimulai Rabu (27/3) hingga Minggu (31/3). (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Menjelang pujawali di Pura Dangkhayangan Rambutsiwi pada 27 Maret sampai 31 Maret, diawali dengan nunas tirtha di Segara (laut) Rambutsiwi bersamaan dengan pecaruan Pamehayu Segara, Minggu (24/3).

Pecaruan di Pantai Rambutsiwi digelar dengan ngaturang Pakelem berupa Ayam dan Bebek warna hitam sebagai ritual kurban kepada Dewa Wisnu dan Dewa Baruna selaku Dewa penguasa lautan. Pecaruan dipimpin Jro Mangku Waniya dan Jro Mangku Suardana selaku Pemangku Lingsir dan Pemangku Anom Pura Tirtha Lan Segara Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi.

Pengempon Pura Dangkahyangan Rambutsiwi, I Gusti Made Sedana mengatakan Pujawali di Pura Dangkahyangan Rambutsiwi yang digelar setiap 6 bulan sekali ini berlangsung selama lima hari. Dimulai pada Rabu Pancawara Umanis hingga Minggu pancawara Kliwon wuku Perangbakat, tepatnya tanggal 27 Maret sampai dengan 31 Maret ini.

Baca juga:  Dari Gempa Berpusat di Karangasem hingga Sejumlah Bangunan Pura di Kecamatan Tegallalang Alami Kerusakan

Sejumlah persiapan telah dilakukan dimulai dari rapat pihak Pangempon dan Pekandel membentuk Panitia Pujawali dan dilanjutkan rangkaian (dudonan) Pujawali. Pada Minggu kemarin diawali dengan nunas tirtha di beberapa Pura Kahyangan Jagad yang ada di Bali, temasuk nunas Tirtha di Segara Rambutsiwi. Setelah tirtha dari beberapa Pura Kahyangan Jagad terkumpul selanjutnya disemayamkan di Pura Taman Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi.

Selasa pancawara Kliwon atau Anggarkasih Perangbakat (besok-red), tirta ini akan digunakan sebagai pesucian Ida Bhatara Sesuhunan sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa yang distanakan di Pura Dangkahyangan Rambutsiwi.

Baca juga:  Bertambah, Jumlah Rumah Rusak di Buleleng Akibat Gempa Situbondo

Kemudian, pada Rabu pancawara Umanis wuku Perangbakat dilaksanakan ritual puncak Pujawali yang akan dipimpin beberapa Sulinggih berlanjut sampai hari Minggu pancawara Kliwon wuku Perangbakat. Persembahyangan bersama dipimpin para Pemangku dari masing-masing Perahyangan yang ada di Pura Dangkahyangan Rambutsiwi dan diakhiri ritual Penyineban Pujawali diiringi pementasan tarian Topeng Sidhakarya dan Pependetan.

Di Pura Dangkahyangan Luhur Rambutsiwi ada sembilan Perahyangan. Pura Pesanggrahan, Pura Taman, Pura Penataran, Pura Goa Dasar, Pura Tirtha lan Segara, Pura Pasimpangan Melanting, Pura Pasimpangan Gading Wani, Pura Pasimpangan Dalem Ped dan terakhir di Pura Luhur. Pura Dangkahyangan Rambutsiwi merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagad di Bali, sehingga umat yang melakukan persembahyangan bukan saja umat yang ada di Bali melainkan seluruh umat Hindu yang ada.

Baca juga:  Sungai Yeh Panahan Angker, Pemacing Pernah Lihat Perempuan Cantik

“Prosesi penyelenggaraan Pujawali tetap dilakukan secara sederhana di tingkat Madya dengan upakara Banten Pulagembal, kecuali jatuhnya Pujawali bertepatan dengan hari bulan Purnama baru akan dilaksanakan Pujawali di tingkat Utama.” jelas I Gusti Made Sedana, selaku pelaksana harian Ketua Pengempon. (Surya Dharma/ Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *