Cengkeh. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Sejak 2018, Tabanan ditetapkan menjadi kawasan cengkeh oleh pemerintah pusat. Namun hingga saat ini Tabanan belum mendapatkan bantuan pusat untuk pengembangan cengkeh.

Untuk Tabanan, daerah penghasil cengkeh adalah wilayah Selemadeg Barat. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tabanan, Dewa Budidana Susila, Jumat (29/3) mengatakan awalnya Tabanan ditetapkan sebagai kawasan kakao dan kopi. Namun kemudian kawasan kakao dihilangkan dan diganti oleh Kabupaten Jembrana. “Dan tahun 2018 kita tercatat sebagai kawasan cengkeh disamping menjadi kawasan kopi,” ujarnya.

Setelah dijadikan kawasan, diakui Dewa Budi pihaknya sudah mengusulkan bantuan untuk pengembangan kawasan. Namun hingga saat ini belum ada program dari pusat diarahkan ke Tabanan untuk pengembangan cengkeh. “Jika sudah ditetapkan kawasan harusnya dapat program dari pusat seperti halnya menjadi kawasan kopi. Setidaknya dapat bantuan intensifikasi dan peremajaan karena pohon cengkeh di Tabanan semuanya sudah tua,” jelas Dewa Budi.

Baca juga:  Gubernur Koster dan Dubes Korsel Bahas Pengembangan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai

Mengenai potensi, sebenarnya hanya daerah Selemadeg Barat yang banyak memiliki pohon cengkeh. Tetapi dari pusat ditetapkan wilayah Selemadeg Raya dan Penebel.

Mengenai harga jual lanjut Dewa Budi, cengkeh termasuk mahal. Saat ini cengkeh dihargai Rp 84.000 per kilogram kering di petani dan Rp 86.000 per kilogram kering di pengepul. “Kadang sampai Rp 120 ribu per kilogram kering,” ujarnya.

Berdasarkan data luasan tahun 2018, perkebunan cengkeh yang dimiliki Tabanan seluas 2.367,95 hektar. Jika dibandingkan tahun 2017 seluas 2.372,45 hektar maka terjadi pengurangan seluas 4,50 hektar.

Baca juga:  Pulihkan Ekonomi, Pemerintah Pusat Wajib Bantu Bali

Dari data luasan tahun 2018, yang masuk dalam tanaman menghasilkan seluas 1.345,51 hektar. Sedangkan tanaman belum menghasilkan seluas 191,22 hektar dan tidak menghasilkan atau tanaman rusak seluas 331,22 hektar.

Mengenai panen, menurut Dewa Budi tahun ini hasilnya tidak begitu baik. Karena kebanyakan pohon cengkeh tidak berbuah disebabkan musim hujan yang terjadi tahun 2018 lalu. “Tahun ini panennya tidak begitu baik karena hujan di tahun lalu menyebabkan pohon cengkeh tidak berbunga. Meskipun ada yang panen tidak begitu banyak,” ujarnya.

Karena cuaca ini membuat waktu panen cengkeh di Bali yang biasanya terjadi pada Juni menjadi tidak menentu. Seperti Maret 2019 ini ternyata ada petani yang melakukan panen meski tidak banyak.

Baca juga:  Properti Melambat, Kinerja Perbankan Terimbas

Hal ini dibenarkan, PJ Perbekel Lumbung Kauh, Selemadeg Barat, Nengah Sukendya. Menurutnya saat ini petani di desanya memang sedang panen cengkeh meski tidak banyak.

Panen cengkeh yang bagus, menurut Sukendya, biasanya berlangsung dua tahun sekali. Dalam menjual cengkehnya, petani biasanya menjual dengan sistem kontrak per pohon kepada pengepul.

Sehingga harga cengkeh tergantung dari bunga dan buah yang dihasilkan per pohon. “Karena musim hujan petani tidak mau repot memetik dan mengeringkannya. Kebanyakan dijual dengan sistem kontrak,” paparnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *