DENPASAR, BALIPOST.com – Kegiatan Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1941 tidak sekedar untuk melaksanakan Dharma Agama. Tapi juga Dharma Negara lewat tema yang diangkat “Melalui Catur Brata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019”.
Ini lantaran beberapa hari ke depan setelah pelaksanaan Dharma Santi Nasional di Ardha Candra Art Center, Denpasar, Sabtu (6/4) malam, akan digelar Pemilu Serentak, 17 April. Berkaitan dengan Dharma Negara, masyarakat diingatkan agar melaksanakan hak dan kewajiban dalam pesta demokrasi tersebut.
“Dharma Agama-nya, bagaimana kita menjabarkan catur brata penyepian. Kita coba perkenalkan dengan bahasa milenial,” ujar Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.
Wisnu Bawa Tenaya pun menjabarkan makna catur brata penyepian. Mulai dari amati geni, yakni mengistirahatkan mata fisik dan melihat sekitar dengan mata batin. Kemudian, amati lelanguan lebih jauh bermakna mendengarkan kata hati paling dalam dan tidak larut dalam euforia.
Amati karya yang diisi dengan puasa adalah untuk merasakan kondisi di sekitar. Merasakan lapar dan dahaga dalam sehari agar terus berusaha keras untuk maju.
Amati lelungaan atau tidak pergi kemana-mana bertujuan agar umat Hindu merenung dan introspeksi diri dalam hening, sehingga tahu diri, tahu jati diri, karakter, dan etika moral yang harus diterapkan di keseharian. “Generasi penerus kita supaya mempelajari tattwa dan jnana dengan basic ilmu pengetahuan umumnya dan teknologi lebih luas sehingga menterjemahkan kitab suci tidak jadi radikal dan ortodoks. Tapi bisa mengaplikasikan dalam keseharian,” jelasnya.
Wisnu Bawa Tenaya mencontohkan, anak muda boleh memiliki cita-cita yang tinggi. Tapi jangan sampai lupa dengan ibu pertiwi, ibu dan bapaknya, juga kawitan, bhisama, dan semeton yang lain. Seperti menaiki kapal laut, hidup bergerak dinamis. Ada baik dan buruk.
Namun pada saat gembira, jangan terlalu bergembira. Pun ketika sedih, jangan terlalu bersedih. Manusia harus bisa hidup di tengah-tengah dengan bebas dan merdeka.
Selain itu harus bisa berbagi, baik dengan cara berpunia maupun asah, asih, asuh dan saling membantu orang lain yang kesulitan. Lalu seperti naik sepeda, terus mengayuh alias terus bekerja. “Seperti naik kereta api, pemimpin siapapun itu harus berjalan di atas rel. Sesuai aturan, konstitusi, awig-awig dan perarem agar sampai di tempat tujuan,” imbuhnya.
Wisnu menambahkan, tidak ada yang instan di dunia ini. Oleh karena itu, generasi muda harus memiliki visi jauh kedepan namun tetap terukur.
Ada tahapan yang mesti dilalui dengan fokus dan berlanjut terus menerus. Mesti ada keseimbangan antara jiwa dan raga, juga memiliki hubungan yang seimbang dengan Tuhan, manusia dan lingkungan sesuai Tri Hita Karana. Berpikir terlebih dulu baru berucap dan bertindak.
Sementara untuk Dharma Negara bisa diimplementasikan dengan memegang teguh Pancasila. Pemilu agar disambut dengan merdeka dan gembira. Dengan catatan, jangan melakukan kekerasan dan melanggar HAM, jangan mencuri, jangan korupsi, jangan KKN, jangan dengki dan iri hati, jangan menipu, dan jangan “mabuk”.
Ketua Panitia Dharma Santi Nasional, Ir. Samudra Gina Antara mengatakan, umat Hindu mempunyai peran strategis untuk ikut menyukseskan Pemilu mendatang. Pelaksanaan catur brata penyepian dapat dijadikan momen penting untuk memantapkan komitmen umat Hindu agar datang berbondong-bondong ke TPS untuk mengeksekusi hak kenegaraannya. Yakni memilih presiden dan wakil presiden, serta anggota legislatif.
“Dengan demikian, umat Hindu ikut berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan NKRI yang kita cintai ini,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan momentum simakrama antara pejabat tinggi negara, para pejabat militer dan sipil, majelis lintas agama, para duta besar negara sahabat, umat Hindu desa pakraman seluruh Bali dan perwakilan Parisada Provinsi seluruh Indonesia. Acara ini ditutup dengan pementasan sendratari “Swarga Rohana Parwa”. (Rindra Devita/balipost)