Petani sedang memanen beras merah di Tabanan. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Ekspor beras merah cendana ke Amerika tersendat. Padahal, komoditi ini sebelumnya berhasil diekspor ke AS sebanyak 10 ton.

Sayangnya, menurut petani sekaligus eksportir beras merah cendana, Wayan Sukaarta, ekspor pertama ini tidak berlanjut. Alasannya produk beras merah cendana tidak tahan lama dan berkutu. “Padahal permasalahan saat itu karena beras merah dibungkus biasa tanpa divakum sesuai permintaan eksportir. Jika dibungkus biasa tidak divakum, beras merah memang rentan diserang kutu,” ujarnya.

Ia pun berupaya menawarkan beras merah cendana ini ke negara lainnya, namun belum bisa bersaing dengan beras merah dari Thailand. Ia berharap ada perantara atau penghubung ke negara-negara potensi ekspor.

Sukaarta yang memiliki usaha penggilingan padi ini mengaku tidak menyerah dan berusaha mencari negara tujuan ekspor lain seperti Belanda, Belgia, Spanyol dan Panama. Sayangnya usahanya belum membuahkan hasil.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Lain yang "Inline" Pariwisata

Selain negara-negara ini, makanan pokoknya bukan beras, pangsa pasar sudah dikuasai Thailand. Padahal kalau bicara soal kualitas dan persyaratan, menurut Sukaarta, sebenarnya produk beras merah Tabanan tidak kalah.

Petani pun siap jika harus memenuhi syarat lain untuk bisa masuk pasar ekspor. Sekarang ini yang sangat dibutuhkan oleh petani adalah perantara atau penghubung yang bisa memasarkan beras merah cendana ini ke negara tujuan ekspor.

Menurut Sukaarta, negara yang saat ini berpotensi besar menjadi sasaran adalah Singapura. “Kalau soal kualitas dan persyaratan, saya yakin petani bisa memenuhinya. Sekarang tinggal perantaranya saja,” ujarnya.

Baca juga:  Dibandingkan Oktober, Ekspor Bali di November Alami Penurunan

Karena pasar ekspor mandek, menurut Sukaarta pihaknya tidak bisa lagi
membeli beras merah petani. Sebab, stoknya untuk ekspor tahap II
sebanyak 10 ton saja penyalurannya agak tersendat. Ia juga sedang melihat potensi pasar.

Saat ini pun untuk pasar lokal, beras merah cendana juga harus bersaing dengan beras merah jenis lainnya seperti tipe C4. “Beras merah C4 ini sekarang lagi digandrungi karena teksturnya sama dengan beras putih C4 dan harganya juga sama,” jelas Sukaarta.

Di sisi lain jika beras merah cendana
diolah menjadi produk seperti teh, pasarnya masih terbatas. Penjualan
lewat Bumda pun, kata Sukaarta, masih terbatas penyerapannya.

Mengenai penjualan beras merah yang diserap oleh Bumda Tabanan,
menurut Direktur PDDS (Perusahaan Daerah Dharma Santhika) Tabanan,
Putu Sugi Darmawan, penjualan saat ini memang masih stagnan di angka
1 ton per bulan. Namun dengan adanya ijin Pangan Segar Asal Tumbuhan
(PSAT), pihaknya yakin akan ada peningkatan permintaan beras merah
cendana.

Baca juga:  Amerika Serikat dan Jepang Latihan Udara Bersama

Peningkatan ini karena adanya Perbub Bupati yang mengharuskan toko
modern menyerap produk Bumdes dan Bumda juga dengan adanya ijin PSAT
yang menyebabkan toko modern mulai meminta beras merah cendana. “Saat
ini kami sudah menyiapkan 1038 kemasan ukuran 1 kilogram untuk didistribusikan ke 217 cabang Alfamart,” jelas Sugi.

Ia menambahkan selain beras merah cendana, pihak Alfamart juga meminta jumlah yang sama untuk beras mentik susu dan beras hitam. Pengiriman perdana
beras-beras ini akan dilakukan Selasa (9/4). (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *