BANGLI, BALIPOST.com – Beberapa peninggalan kerajaan Tamanbali sampai saat ini masih bisa dijumpai di Desa Tamanbali, Bangli. Salah satunya, patung lembu. Konon, patung berbahan batu itu merupakan tempat raja untuk buang air. Sementara oleh masyarakat setempat saat ini, patung itu dijadikan tempat memohon kesembuhan hewan ternak.
Lokasi patung lembu ini berada di depan areal Puskesmas Bangli I, tepatnya di pojok barat daya puskesmas. Patung yang dikelilingi tembok penyengker tampak cukup terawat. Tidak ada bangunan lain di areal tersebut, selain patung lembu dengan kondisi kedua tanduknya yang patah. Badan patung yang besarnya seukuran anak sapi, tertutupi beberapa lembar kain hitam. Di depannya, terdapat sebuah meja beton berukuran kecil yang dipakai tempat untuk menghaturkan canang dan dupa.
Dewa Made Manacika, tokoh masyarakat Desa Tamanbali saat ditemui belum lama ini mengungkapkan, patung lembu ini menjadi salah satu dari beberapa peninggalan Raja Tamanbali yang masih ada sampai saat ini, pasca runtuhnya Kerajaan Tamanbali Tahun 1829 silam.
Sebagaimana penuturan sejarah yang diketahuinya secara turun temurun, konon patung lembu tersebut adalah toilet, tempat buang air besar sang raja. “Dahulu, lokasi ini adalah areal kerajaan. Puskesmas dan sekolah SMK yang ada sekarang pun merupakan areal kerajaan,” ungkapnya didampingi Sang Kompiang Suji, masyarakat setempat.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana cara raja menggunakan patung itu. Yang jelas pada patung lembu tersebut terdapat beberapa lubang yang salurannya menjadi satu. Lubang itu terdapat pada punggung, mulut dan kaki belakang bawah lembu.
Dia menuturkan, sekitar tahun 1980an, usai karya Maligia Lajur di Desa Tamanbali, masyarakat Desa Tamanbali sempat berkeinginan mengangkat patung lembu tersebut dari posisinya sekarang untuk kemudian dipasang kembali pada tempat yang lebih tinggi. Tujuannya sebagai bentuk peghormatan dan agar posisi patung lembu bisa sejajar dengan bangunan yang ada di sekitarnya. Akan tetapi keinginan itu urung dilakukan, lantaran patung itu tak bisa diangkat masyarakat meski dilakukan beramai-ramai. “Pada waktu itu sekitar 40 orang yang mencoba mengangkatnya. Bahkan sudah dibuatkan sanan tali. Tapi tidak bisa diangkat,” terangnya.
Masyarakat setempatpun mempercayai peninggalan raja tersebut keramat. Karena dianggap keramat, selama ini masyarakat Desa Tamanbali sering menghaturkan canang dan banten pada patung tersebut terutama saat rahinan Tumpek Landep. “Sebagaimana kepercayaan masyarakat di sini, kalau ada hewan ternak sapi, babi atau ternak lain yang sakit, maka warga akan memohon air kesini. Air tersebut dipercaya bisa menyembuhkan hewan ternaknya,” tuturnya.
Dewa Made Manacika yang pernah menjabat sebagai Perbekel Desa Tamanbali tahun 1970-1982 ini mengatakan selain patung lembu, peninggalan kerajaan Tamanbali yang sampai saat ini masih bisa dijumpai di Desa Tamanbali yakni berupa tempat pemandian raja yakni Taman Narmada Bali Raja, Bale Mas dan sejumlah patung berukuran besar. Saat masih menjabat sebagai perbekel, dirinya mengaku sempat berkeinginan untuk menjadikan beberapa peninggalan kerjaaan tersebut sebagai daya tarik wisata sejarah. Bahkan ada keinginan untuk mendirikan sebuah museum sebagai tempat menyimpan benda-benda peninggalan kerajaan Tamanbali.
“Sampai sekarang keinginan agar Desa Tamanbali jadi desa wisata sejarah dan pendirian museum, masih ada. Tergantung sekarang pihak desa menyosialisasikan dan menyepakati dengan masyarakat,”pungkasnya. (dayu rina/Balipost)