DENPASAR, BALIPOST.com – Produk tembakau alternatif kini ramai dibicarakan. Pasalnya, sejumlah produk ini sudah masuk ke Indonesia.

Dua yang cukup populer adalah rokok elektrik (vape) dan produk tembakau dipanaskan bukan dibakar (heat-not-burn). Untuk produk terakhir ini, meski belum ada produsen yang resmi memasarkan di Indonesia, sejumlah produk ini sudah banyak yang memakai, terutama wisatawan mancanegara.

Di marketplace dan situs e-commerce ternama pun, produk heat-not-burn ini sudah dipasarkan. Harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan produk tembakau konvensional. Namun risiko produk ini, menurut sejumlah penelitian, lebih rendah dari konvensional.

Menurut Ketua Prodi Farmasi Klinis IIK Medika Persada Bali, IA Manik Partha Sutema, perlu kajian mendalam terkait tembakau alternatif ini sebelum membuat regulasi. “Karena belum banyak penelitian tentang tembakau alternatif ini. Tembakau alternatif ini tidak hanya bisa dilihat secara umum. Meregulasi benar sih, tapi sebelum meregulasi harus yakin dulu apakah yang kita anjurkan dan sarankan itu sudah jauh lebih baik dari tembakau konvensional,” cetusnya.

Jika tembakau alternatif ini dalam bentuk vape atau yang lainnya, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa risikonya bergeser. Misalnya tembakau, risikonya kecanduan, mengganggu sistem paru dan jantung. Sedangkan yang tembakau alternatif adalah gas yang menghasilkan zat tembakaunya sehingga risikonya lebih rendah.

Tembakau alternatif yang diproses dengan dipanaskan juga perlu ditelusuri medianya apa. Ini penting diketahui, karena jika dipanaskan dengan air mendidih menurutnya tidak masalah.

Baca juga:  Usai Berenang, Turis Norwegia Diperkosa

Namun tidak mungkin memanaskan tembakau dengan air mendidih, pasti menggunakan media lain. Sedangkan jika asap dari rokok konvensional yang menjadi permasalahan karena asapnya menjadi karbon, tapi penting juga diperhitungkan soal unsur kimia lain yang menyebabkan gangguan. “Cuma mungkin benar risikonya lebih rendah, karena kalau dilihat dari unsur kimia, memang karbonnya yang memang tinggi risiko, terutama untuk kanker, dll karena oksidatif sekali, mengoksidasi ke tubuh kita,” ungkapnya.

Ia menilai jika tembakaunya diganti dengan tidak melalui pembakaran, mungkin dianggap risikonya lebih rendah. “Cuma perlu penelitian lagi,” tegasnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim peneliti dari berbagai universitas di Amerika Serikat pada 2018, yang melakukan tinjauan penelitian untuk memahami potensi Alternative Nicotine Delivery Systems (ANDS) atau produk penghantar nikotin alternatif dalam upaya pengendalian tembakau, diperoleh  sejumlah rekomendasi. Penelitian itu meneliti lebih dari 140 penelitian terkait rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, koyo nikotin, tembakau hisap, dan berbagai ANDS lainnya dianalisa dalam tinjauan penelitian ini.

Tim peneliti kemudian menarik kesimpulan dan memberikan rekomendansi, salah satunya produk yang mengandung nikotin dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat risikonya bagi kesehatan, dari yang sangat berbahaya seperti rokok sampai ke yang lebih rendah risiko seperti produk penghantar nikotin yang tidak dibakar, baik yang mengandung tembakau (contoh: rokok elektrik, produk tembakau dipanaskan bukan dibakar, atau tembakau hisap) maupun yang tidak mengandung tembakau (contoh: koyo nikotin, inhaler nikotin).

Baca juga:  Klungkung Kaji BLT dari APBD Bagi Warga Terdampak COVID-19

Produk mengandung nikotin yang tidak dibakar memiliki dampak positif bagi kesehatan masyarakat karena memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

Karakteristik produk mengandung nikotin yang berpotensi untuk menggantikan rokok konvensional adalah produk yang lebih rendah risiko kesehatan, memiliki daya tarik bagi perokok, dan dapat mencukupi kebutuhan asupan nikotin.

Masyarakat, sebut tim peneliti, harus mendapatkan edukasi yang akurat terkait perbedaan risiko produk yang mengandung nikotin dengan rokok konvensional. Strategi pengendalian tembakau harus mengadopsi pendekatan pengurangan risiko dalam merancang regulasi, kebijakan, dan intervensi yang terkoordinasi agar dapat membuat perokok beralih ke produk penghantar nikotin yang lebih rendah risiko.

Pendekatan pengurangan risiko merupakan pendekatan yang terbukti efektif dalam pengendalian tembakau. Jika diterapkan, penggunaan produk tembakau alternatif dapat menjadi strategi pengendalian tembakau yang dapat membantu perokok untuk dapat berhenti. Sehingga, pendekatan ini dapat menyelamatkan nyawa banyak orang dan berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.

Di Inggris, penelitian terkait nikotin tanpa asap memperbarui bukti ilmiah terkait pengurangan risiko. Tim peneliti divisi Penasihat Tembakau dari the Royal College of Physicians, Inggris itu melakukan tinjauan penelitian untuk memperbarui bukti ilmiah terkini terkait pendekatan pengurangan risiko dalam kebiasaan merokok yang berhubungan dengan penggunaan produk penghantar nikotin, terutama rokok elektrik.

Baca juga:  Dukung Kajian Produk Tembakau Alternatif, Pemkot Denpasar Harapkan Perspektif Menyeluruh

Poin-poin penting dalam tinjauan penelitian tersebut, salah satunya nikotin merupakan komponen utama pada rokok yang menyebabkan adiksi orang merokok karena memiliki ketergantungan pada nikotin, tetapi terpapar kandungan lain yang berbahaya dari asap rokok. Asupan nikotin tanpa kandungan berbahaya dari asap rokok dapat mencegah sebagian besar bahaya dari merokok.

Kemunculan rokok elektrik memiliki potensi yang besar bagi konsumen dan dunia kesehatan terkait penggunaan nikotin dalam masyarakat. Perkembangan teknologi pada rokok elektrik dan produk nikotin bebas tembakau lainnya memungkinkan visi untuk memujudkan masyarakat bebas asap dengan mendorong perokok aktif untuk beralih pada produk alternatif ini. Penggunaan terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy – NRT) termasuk produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik telah terbukti secara konsisten membantu perokok untuk menghentikan kebiasaannya.

Rokok elektrik bukanlah pintu masuk untuk memulai aktivitas merokok. Di Inggris, penggunaan rokok elektrik hampir seluruhnya digunakan oleh mereka yang sedang atau pernah mengonsumsi rokok konvensional.

Formulasi kebijakan dan regulasi seharusnya tidak boleh menghambat pengembangan inovasi dan penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok. Dengan mengedepankan kepentingan kesehatan masyarakat, promosi penggunaan rokok elektrik, NRT, dan produk nikotin tanpa tembakau lainnya sebagai pengganti rokok penting untuk dilakukan seluas mungkin. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *