Suasana pelaksanaan pemilihan umum serentak, Rabu (17/4/2019). (BP/dok)

Menunggu selama sebulan lebih, memang membikin penasaran. Dalam hal hasil pemilu seperti yang kita rasakan sekarang, kiranya juga mempunyai nilai rasa yang sama. Tetapi itulah yang harus kita lakukan di Indonesia.

Kalaupun misalnya ada pengajuan pengumuman, misalnya karena ternyata telah selesai perhitungannya, mungkin ini merupakan pilihan yang lebih bagus. Terutama, tentu untuk memperpendek jarak penasaran masyarakat. Generasi milenial, mungkin tidak terlalu suka dengan waktu penantian yang panjang ini. Mereka adalah generasi yang serba cepat, terutama dalam bidang informasi. Namun sekali lagi, untuk urusan politik yang penting seperti ini, kita harus melatih kesabaran.

Harus diingat, bahwa Indonesia ini adalah negara besar dan luas, dan berbentuk negara kepulauan. Tidak itu saja, Indonesia ini merupakan negara pedesaan dan pegunungan. Dalam arti masyarakatnya banyak yang berada di pedesaan dan pegunungan.

Baca juga:  Kesejahteraan Publik dan Kualitas Demokrasi

Tidak semua infrastruktur jalannya bagus. Demikian juga infrastruktur teleponnya, termasuk telepon seluler. Indonesia bukanlah negara kota yang sebagian besar penduduknya hidup di perkotaan.

Jika ada negara yang mampu melakukan pengumuman hanya dalam waktu satu hari atau mungkin dua tiga hari, bisa jadi negara itu negara kota, berpenduduk sedikit dan modern. Karena kita merupakan negara seperti yang diuraikan di atas, maka kita harus maklum. Indonesia juga negara kepulauan yang dipisahkan oleh selat dan juga sungai yang lebar-lebar.

Dengan titik tolak seperti itu, kita bukan saja mesti sabar tetapi bijak terhadap kondisi Indonesia. Bahkan harus berbangga dengan varian negara kita seperti itu, karena menciptakan berbagai suku dan kepercayaan. Dengan sendirinya juga varian seperti itu akan menciptakan budaya yang berbeda tetapi dalam kesatuan negara Indonesia. Dan gabungan itulah yang kemudian menjadikan Indonesia sebagai negara yang indah, dengan seni budaya yang beragam.

Baca juga:  Memproteksi Lahan Pertanian Bali

Tidak bisa lain, kitalah semua yang dapat menikmati itu, menikmati dan menyelami keindahan itu. Maka, dalam konteks pemilihan umum dan hasilnya, kita harus bersabar menanti, dengan dasar pengetahuan seperti yang diungkapkan tadi.

Bahwa sejak beberapa jam seusai pencoblosan kita disuguhi informasi beragam tentang hasil dari pemilihan umum, mungkin ini dapat dikatakan wajar. Di mana letak posisi wajarnya?

Karena pengumuman resmi belum dilakukan, dan pada saat yang sama kita telah menerapkan sistem demokrasi dan keterbukaan. Lebih jelasnya lagi, kondisi itu terjadi pada saat kita hidup di zaman media sosial yang demikian dominan di tengah masyarakat. Mau apa lagi kita, kecuali mendengarkan arahan mereka yang bijaksana, bahwa sebaiknya menunggu hasil resmi dengan sabar. Kita melatih kesabaran, generasi milenial harus melatih kesabaran.

Baca juga:  Bersatu dalam Dinamika Keragaman

Di sinilah kita melatih rasio kita, bukan kefanatikan kepada salah satu partai atau sosok politisi. Beberapa lembaga survei yang sudah dianggap kredibel oleh masyarakat, menyuguhkan hasil perhitungan cepat mereka dengan jumlah suara random yang sudah mencapai 100 persen.

Lembaga-lembaga ini secara rata-rata menyebut posisi 54:45 persen untuk keunggulan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dibanding dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tetapi ada juga lembaga survei yang menyebutkan keunggulan sebaliknya dengan menyatakan perolehan 62 persen pada pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Dari kacamata demokrasi, kebebasan bersuara nampaknya klaim ini sah-sah saja.

Nantilah pengumuman resmi yang akan menentukan siapa sesungguhnya yang menang. Nah pada saat inilah, kedua belah pihak harus menerima dengan lapang dada terhadap hasil tersebut. Ketidakmampuan menerima ini akan berubah menjadi pihak yang kerdil.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *