DENPASAR, BALIPOST.com – Ida Bagus Gede Laksana (29) salah satu driver Gojek yang kini sedang menekuni pekerjaan tersebut merasa bersyukur mengenal Gojek. Karena sejak mengenal Gojek hidupnya berubah, taraf hidupnya menjadi lebih baik. Itulah yang membuatnya ketagihan Ngojek hingga saat ini.
Tadinya Ngojek hanya menjadi pekerjaan sampingannya, namun sekarang menajdi pekerjaan utamanya, karena ia merasa dari Gojek dapat mencukupi kebutuhan keluarga sehingga ia dapat membeli motor dan membangun rumah di kampungnya, Bangli.
Gusde biasa ia dipanggil kini memilih fulltime menjadi mitra Gojek Denpasar, dimana ia sebelumnya menjadi Floor Coordinator di salah satu Departemen Store terkemuka di Bali. “Awalnya saya engga tertarik jadi driver Gojek. Tapi di akhir bulan gaji saya selalu kurang waktu kerja di salah satu department store itu,” ungkapnya.
Ditemui Kamis (9/5), ia menuturkan mulai menjadi driver Gojek sejak Mei 2015. Ia masuk menjadi driver di angkatan kedua dan menjadi 300 driver pertama.
Bisa dibilang ia menjadi pelopor driver Gojek di Bali. Saat itu Gojek belum begitu dikenal masyarakat dan belum dimanfaatkan jasanya. Begitu juga aplikasi yang dimiliki saat itu belum sebagus saat ini.
Pernah dalam sehari, ia hanya mendapat dua orderan di zaman itu. Ia pesimis dan ingin berhenti Ngojek.
Namun, fasilitas yang diberikan Gojek cukup banyak seperti HP, jaket, dan helm. Ia pun merasa tidak enak pada manajemen Gojek karena sudah diberikan fasilitas yang cukup banyak.
Sempat ingin berhenti menjadi driver, namun dikatakan oleh pihak Gojek akan ada promo. “Mereka bilang jangan berhenti dulu karena bakal ada promo sebulan lagi Rp 10.000 kemana saja, jadi disubsidi sama Gojek,” cetus ayah dua anak ini.
Setelah ada promo itu, orderan Gojek banyak datang. Gojek mulai booming. Aplikasi pun sudah lebih baik dan pemberitahuan langsung masuk ke HP driver. Setelah dua bulan berjalan, penghasilannya cukup besar menjadi driver. “Saya mulai berpikir, kok dari tukang ojek saja hasilnya melebihi gaji saya,” ungkapnya.
Awal adanya promo Gojek, ia bisa mengantongi Rp 400.000 per hari. Dalam sehari pernah ia tidak bekerja di tempatnya semula demi Ngojek dari pagi sampai sore. Alhasil penghasilannya sehari Rp 1.000.000.
Dari sanalah ia berpikir untuk berhenti di pekerjaan utamanya dan fokus di Gojek. Selama 4 tahun di Gojek banyak hal yang telah dimiliki.
Yang jelas taraf hidupnya lebih baik, waktu untuk keluarga lebih banyak, bahkan untuk menyama braya pun bisa dilakukan. “Hutang nikah saya juga lunas, saya bisa ambil motor satu, astungkara saya juga bisa bangun bale dangin,” ucapnya cekikikan.
Ia teringat saat anak pertamanya masih bayi, kesulitan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, termasuk membeli susu untuk anaknya. “Dulu waktu masih kerja di department store itu, untuk pulang kampung saya malu. Pulang engga pernah bisa bawa apa-apa karena gaji sudah habis untuk kebutuhan bayar hutang dan kebutuhan di Badung, anak masih bayi dulu. Kalau sekarang mau pulang kampung, paginya tinggal Ngojek saja, pasti dapat Rp 150.000-Rp 200.000, sorenya pulang bisa bawa oleh-oleh,” kenangnya.
Kini per harinya rata-rata penghasilan yang ia dapat dari Ngojek bisa mencapai Rp 400.000. (Adv/balipost)