MANGUPURA, BALIPOST.com – Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, bersama dengan Wakil Bupati Ketut Suiasa, Sekda Badung Wayan Adi Arnawa, Kadis PMD Badung Putu Gede Sridana, Pebekel Kutuh Wayan Purja, Bendesa Adat Kutuh Made Wena, Jumat (17/5) menyambut kadatangan Presiden Joko Widodo bersama rombongan di Desa Kutuh.  Kunjungan kerja tersebut merupakan paninjauan terkait Program Dana Desa yang dimanfaatkan Desa Kutuh dalam membangun kawasan Sport Tourism di kawasan Gunung Payung Cultural Park.

Usai mendampingi Presiden Jokowi, Giri Prasta menyampaikan bahwa inovasi yang dilakukan Desa Kutuh, dalam mengelola dan memanfaatkan dana desa berkolaborasi dengan desa adat merupakan sinergi yang sangat bagus dalam membangkitkan perekonomian dan memberdayakan masyarakat Desa setempat. Potensi yang dikembangkan tersebut merupakan inovasi yang dilakukan oleh tokoh mayarakat Kutuh bersama-sama masyarakat Kutuh.

Hal tersebut seiring dengan kebijakan Pemkab Badung yang terus mendorong agar desa-desa di Badung bisa menggerakan dan mengelola potensi yang ada di wilayahnya. “Kutuh ini dulunya salah satu desa yang paling miskin di kabupaten Badung, namun karena tokoh masyarakat menggerakkan potensi wilayahnya ini, sehingga Kutuh bisa berkembang dan maju seperti saat ini,” terang Giri Prasta.

Baca juga:  Proyek Penataan, Diharapkan Libatkan Pekerja dari Besakih

Hal tersebut diakuinya tidak terlepas dari kolaborasi yang dilakukan Desa Dinas Kutuh melalui perbekel bersama prangkat desa dan aparatur desa dengan wadah Bumdes. Bersinsergi dengan Bendesa Adat melalui Bumda (Bagha Utsaha Manunggal Desa Adat).

Sehingga ekonomi masyarakat berkembang dan digerakkan semua dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat. “Kami di Pemkab Badung tentu mensuport sepenuhnya baik moral, maupun finansial. Saya inginkan di Kutuh nantinya bisa menjadi salah satu desa role model yang ada di Indonesia,” paparnya sembari menerangkan jika semua desa di Badung bisa berdikari, pihaknya meyakini Badung bisa menjadi kabupaten yang mandiri.

Sementara Bendesa Adat Kutuh dalam pemaparannya pengembangan Lapangan Ketut Lotri akan dikembangkan menjadi kawasan sport tourism. Lapangan tersebut merupakan lahan dari Pelaba Pura Dang Kahyangan Gunung payung seluas 16 hektar.

Baca juga:  ASN Diminta Beradaptasi dengan Perubahan Zaman

Untuk mewujudkan hal itu, diakuinya itu merupakan impian yang masih panjang untuk direalisasikan. Namun karena ada dana desa 2018, maka disepakati dilakukan percepatan pengembangan sport tourism dengan mengalokasikan dana desa untuk pengembangan kawasan tersebut.

Adapun dana tersebut sebesar Rp 784 juta sekian, yang peruntukannya untuk penataan tanah dan pengadaan rumput lapangan berkelas internasional. Setelah 3 bulan selesai penataan lapangan, 3 bulan kemudian lapangan itu dipergunakan latihan oleh tim internasional yang berkompetisi di Desa Pecatu. “Dorongan dana desa ini sangat positif. Karena kolaborasi dengan kepala desa melalui pemanfaatan dana desa dan pihaknya melalui Bumda, tahun lalu kami mendapatkan laba bersih sebesar Rp 14,7 miliar. Maka Rp 5 miliar dari laba tersebut kami gunakan  untuk mempercepat proses pembangunan kampung bola internasional ini,” papar Wena.

Diakuinya pengembangan kampung bola tersebut merupakan penjabaran dari sport tourism yang dikembangkan, sekaligus implementasi Intruksi Presiden no 3 tahun 2011 tentang percepatan pengembangan olahraga sepakbola. Pihaknya tidak lupa menyampaikan terimakasih atas hal tersebut, sebab program Presiden Jokowi sangat dirasakan kebermanfaatannya bagi masyarakat.

Baca juga:  Gubernur Koster Ingin Kembangkan Potensi Laut Bali, Ini Kata Menteri Kelautan

Hal senada juga disampaikan oleh Perbekel Kutuh, Wayan Purja menerangkan Desa Kutuh sudah 6 kali menerima dana desa dari tahun 2015. Sampai saat ini total dana desa yang diterima sudah mencapai Rp 3,5 miliar dan sudah dikelola dan diimplementasikan dengan sebaiknya.

Hal tersebut menjadi motivasi bagi pihaknya untuk berbuat dan mengamalkan program membangun desa dari pinggiran. “Program ini benar-benar mengena di hati masyarakat dan terbukti Desa Kutuh dari 20 tahun yang lalu kami yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sekarang sudah nol kemiskinan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Bahkan kami sudah bisa memberikan beasiswa melalui usaha-usaha yang ada di desa,” imbuh Purja. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *