SEMARAPURA, BALIPOST.com – Setelah empat hari bertahan melawan gangguan kesehatan pada kandung kemihnya, pelantun puja tri sandya yang cukup populer di Bali, Ida Pedanda Gede Made Tembau, lebar, Selasa (28/5) malam. Kabar duka itu dibenarkan putra bungsunya, Ida Bagus Wibawa. Hingga malam ini, layon atau jenazahnya masih ada Rumah Sakit BaliMed Denpasar.

“Ida sampun lebar, tadi sekitar jam 7 malam. Tiang jagi matur sareng Ida Nabe, indik pemargi selantur ipun ring Gria. (Ida sudah meninggal, tadi sekitar jam 7 malam. Saya akan menyampaikannya kepada Ida Nabe, terkait bagaimana prosesi selanjutnya di Gria),” ujar Ida Bagus Wibawa, Selasa (28/5) malam.

Ia menyampaikan sedang mengurus kepulangan layon Ida Pedanda dari Rumah Sakit BaliMed Denpasar ke Gria Kulon Aan. Pihaknya belum berani menyampaikan seperti apa proses selanjutnya di Gria Kulon Aan, Banjarangkan.

Kapan palebon dan rangkaian acaranya masih sedang dirundingkan dengan keluarga besar Ida Pedanda, sebelum mendapat petunjuk dari Ida Nabe, yang juga kakak (raka) Ida Pedanda Gede Made Tembau, yakni Ida Pedanda Gede Putra Tembau.

Baca juga:  Sebanyak 3.400 Rapid Test Sudah di Bali

Seperti diberitakan sebelummya, gangguan pada kandung kemih sulinggih berumur 74 tahun ini, kambuh lagi. Kondisi demikian terpaksa membuatnya kembali masuk ruang perawatan ICU Rumah Sakit BaliMed Denpasar, sejak empat hari lalu. Anak bungsunya, Ida Bagus Wibawa, mengatakan bahwa riwayat gangguan kandung kemihnya itu sudah cukup lama.

Namun, mulai kambuhan sejak setahun terakhir. Bahkan, sebelumnya dikatakan Ida Pedanda sempat mengalami kencing darah. Saat itu, dia sempat mendapat perawatan di RSUP Sanglah.

Kondisinya sudah semakin membaik, setelah penanganan di rumah sakit, kemudian rutin melakukan kontrol kesehatan. Belakangan riwayat gangguan kesehatan kandung kemihnya kambuh lagi.

Wibawa mengakui sakitnya kambuh lagi, lantaran terlambat melakukan kontrol kesehatan. “Pascakencing darah itu, kami rutin kontrol kesehatannya. Terakhir ini, kambuh lagi memang karena terlambat kontrol,” kata Wibawa.

Baca juga:  Pengamanan WWF, Ribuan CCTV Terkoneksi dengan Command Center

Sebelum malinggih, Ida Pedanda Gede Made Tembau saat walaka, bernama Ida Bagus Gde Diksa. Dalam perjalanan kariernya,dia dikenal sebagai guru SD, kemudian menjadi Kepala SDN 1 Akah.

Hasil pernikahannya dengan sang istri, melahirkan dua anak yakni Ida Ayu Mayun dan Ida Bagus Wibawa. Keduanya sudah menikah, sehingga total sudah memiliki lima cucu.

Banyak pihak yang penasaran dengan sosoknya, karena rekaman suara Tri Sandhya yang setiap hari diputar di radio dan televisi, bahkan di desa-desa secara rutin, adalah hasil dari suara beliau. Banyak pihak menilai suara rekaman itu amat berkarakter berat, dengan ritme yang khusuk dan berkharisma.

Rupanya, hasil karya demikian yang begitu melekat dalam benak umat selama bertahun- tahun, lahir dari Ida Pedanda saat walaka. Tokoh masyarakat Klungkung, Dewa Soma, Senin (27/5), mengatakan ketika masih aktif sebagai guru, dia juga aktif sebagai seniman drama gong dalam kelompok Bintang Bali Timur.

Baca juga:  Tampil Dalam Lomba Peringatan HKG ke-52 Tingkat Provinsi Bali, TP PKK Gianyar Sukses Sabet Juara I

Ketika itu, dia kerap memainkan peran sebagai sosok Ida Bhagawan maupun sosok Raja Tua. Bahkan, dia juga dipercaya menjadi juri nasional dalam ajang Utsawa Dharma Gita tingkat nasional.

Setelah mantap dengan segudang pengalaman sebagai seniman, alumni PGA ini akhirnya memutuskan ikut jalan sang kakak, Ida Pedanda Gde Putra Tembau, yang sekaligus sebagai guru nabenya. Sementara nabe saksinya, adalah Ida Pedanda Gde Putra Bajing Gria Tegal Jangga.

Ia mengambil tanggung jawab sebagai sulinggih siwa, dari tiga ajaran kesulinggihan Tri Sadhaka, yakni Siwa, Budha, Bujangga. “Beliau amat bersahaja. Ramah dan tidak saklek. Begitu dekat dengan umat,” kata tokoh budayawan Klungkung ini. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *