MANGUPURA, BALIPOST.com – Dalam beberapa pekan terakhir, Kantor Bupati Klungkung sepi dari aktivitas audiensi para tamu pemerintahan. Ini karena Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, harus mengikuti serangkaian operasi atas penyakit aneh yang dideritanya sejak 32 tahun lalu.
Tindakan medis harus segera dilakukan, sebab dampak penyakitnya itu sudah semakin serius terhadap fisiknya. Sehingga mengganggu konsentrasinya dalam bekerja membangun daerah.
Wajah Bupati Suwirta nampak masih pucat, Selasa (25/6). Mengenakan baju kaos putih dan celana jeans hitam, tidak mampu menutupi kondisi badannya yang masih lemah.
Di lehernya masih terpasang alat penyangga, untuk mencegah dagunya menyentuh leher. Atau mencegah lebih banyak gerakan menunduk saat duduk.
Sebab, proses operasi dilakukan persis pada bagian belakang leher, khususnya ujung atas ruas pertama tulang belakang yang bersentuhan langsung dengan bagian otak kecil. “Banyak dokter menyampaikan proses operasi ini 10 persen berhasil berbanding 90 persen gagal. Tetapi saya putuskan ambil tindakan operasi, walau ancamannya maut,” kata Bupati Suwirta saat ditemui di Rumah Jabatan Bupati Klungkung, Jalan Cut Nyak Dien, Semarapura.
Proses operasi dilakukan di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang Selatan, 7-12 Juni lalu. Sementara proses operasi dilakukan 8 Juni lalu.
Proses operasi berjalan cukup menegangkan. Karena selain harus ditangani dari leher belakang, proses operasi juga harus dilakukan dari mulut, untuk menemukan titik pangkal permasalahan. Sehingga selanjutnya bisa dilakukan tindakan operasi.
Jadi, berbagai alat operasi masuk dari leher belakang dan ke dalam mulut. “Sakit saya ini sebenarnya sudah dari dulu. Cuma, saat diperiksakan ke dokter, tidak kelihatan pangkal masalahnya, hanya dikatakan gangguan saraf. Tetapi, setelah dilakukan general check up di Rumah Sakit Penang, Malaysia, barulah keliatan pangkal masalahnya, ada ruas pertama dan kedua (C1-C2) tulang belakang, yang bersentuhan langsung dengan otak belakang,” jelas Bupati Suwirta.
Inilah pangkal persoalannya, yang mengakibatkan terjadinya gangguan sistem saraf dalam tubuhnya. Bahkan, dampak ini belakangan semakin parah.
Bupati Suwirta mengaku sering mengalami kesemutan pada telapak tangan. Selain itu juga kerap kedinginan, kedua kakinya lemas dan pucat seperti tak berdarah.
Terparah, adalah sakit pada kepalanya yang sudah semakin tidak tertahankan, karena seperti tertusuk-tusuk. Inilah yang menyebabkan, pihak keluarga dan kerabatnya mendesak segera dilakukan tindakan operasi. “Pascaoperasi, sekarang saya sudah normal kembali. Rasanya seperti terlahir kedua kali,” ucap Suwirta, bersyukur.
Disinggung mengenai penyebab, kenapa gangguan tulang belakang itu bisa terjadi, Suwirta mengaku sebagaimana keterangan dokter setempat, gangguan demikian terjadi karena masa kecil Bupati Suwirta dilalui dengan bekerja keras. Tubuh fisiknya saat itu bekerja melebihi kemampuan fisiknya.
Inilah cikal bakal sakit yang diderita Bupati Suwirta pada tulang belakang, sampai harus dilakukan tindakan operasi. Usai tindakan operasi berjalan lancar, Bupati Suwirta sudah kembali pada 15 Juni 2019.
Dia diminta melakukan istirahat total selama enam minggu. Proses pemulihan pascaoperasi sudah dijalankan selama tiga minggu.
Meski dilarang beraktivitas, Bupati Suwirta tetap mengaku gelisah, karena sebagai bupati, banyak hal yang harus dikerjakan, agar situasi tidak semakin gaduh. Akhirnya, jalan tengahnya, dia tetap diberikan melakukan tugas-tugas ringan yang bisa dilakukan dari rumah jabatan, sambil menerima para kolega yang datang menjenguknya. (Bagiarta/balipost)