Duta Kota Denpasar menampilkan seni gambelan bumbang dan tari kreasi baru pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI di Taman Budaya, Denpasar, Kamis (4/7). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bungbang, itulah nama instrumen bambu yang bentuknya menyerupai kulkul (kentongan). Dimainkan dengan ceria oleh sekitar 45 anak-anak muda yang tergabung dalam Sekaa Gong Bungbang Wirama Duta, Banjar Tengah, Sesetan di Kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar, Kamis (4/7).

Permainan Bungbang juga didukung alat musik khas Bali lainnya, seperti Gong Pulu, Cengceng Geprek dari bambu, Cengceng logam, dan Kenong. Pelatih Sekaa, Gede Putra Widyutmala mengatakan, awalnya cukup sulit mengajak anak-anak muda berlatih Bungbang. Namun kini, Gamelan Bungbang dikelola oleh krama Banjar Tengah sehingga mampu melibatkan seluruh lapisan masyarakat daerah tersebut. “Sejak kita bikin Bungbang junior ini, ternyata generasi muda antusiasnya tinggi dan orang tua mendukung,” ujarnya.

Baca juga:  Warga Dibuatkan Jembatan Darurat

Menurut Widyutmala, bungbang memiliki ukuran beragam, dari yang kecil, sedang hingga yang besar. Ketika bersatu padu bisa membentuk melodi nan sejuk dan ceria. Tak salah bila penampilan Sekaa Gong Bungbang Wirama Duta di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLI ini disambut antusias oleh penonton.

Bahkan ada yang rela menahan teriknya matahari hingga berdesak-desakkan hanya untuk melihat aksi para penabuh Bungbang dan eloknya gerak penari. “Kalau belum ada dasar gong dan langsung terjun ke Bungbang susah, dari kecil dididik ke gong anak-anak baru bawa ke Bungbang,” imbuhnya.

Ada empat garapan yang ditampilkan anak muda Sesetan ini, yaitu Tabuh bertajuk Katibambung, Tari Mina Pradipta yang mencerminkan gerak ikan hias berenang-renang dengan cantik, Tabuh Keluarga Berencana yang mengisahkan sebuah keluarga bahagia, di mana Bungbang ibarat anak yang terlahir dari keluarga bahagia itu, serta, Tari Melayangan atau Rare Angon yang hadir sebagai garapan terakhir sebagai bentuk pemuliaan akan angin yang sesuai dengan tema PKB XLI “Bayu Pramana (Memuliakan Sumber Daya Angin)”.

Baca juga:  Jadwal PKB, Jumat 12 Juli 2019

Bungbang diciptakan oleh alm. I Nyoman Rembang. Rembang sendiri merupakan maestro gamelan yang lahir di Banjar Tengah, Sesetan pada tahun 1937 dan tutup usia pada tahun 2001. Gamelan Bungbang diciptakan pada tahun 1985 yang terinspirasi dari suara gelembung air pada ikan-ikan kecil yang berenang di akuarium. Gamelan ini menggunakan laras pelog dan slendro.

Pengamat musik, I Komang Astita mengatakan, kemunculan Bungbang ditengah masyarakat Bali jangan hanya melalui PKB saja. Sudah sepantasnya, seluruh elemen masyarakat dan pemerintah menciptakan ruang-ruang berkesenian lainnya untuk melestarikan keberadaan Gamelan Bungbang.

Baca juga:  Sanshin dari Okinawa Mengalun di Kalangan Ayodya

“Bungbang sebagai warisan beliau (I Nyoman Rembang) kepada anak-anak muda yang sekarang ini kita nikmati, ini akan cocok sekali untuk mengisi dan memeriahkan acara yang mencerminkan kesederhanaan,” tutur Astita yang dimasa lalu pernah menjadi asisten I Nyoman Rembang saat mengajar di ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) Denpasar. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *