DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Kamis (4/7) sekitar pukul 17.00 Wita, RSUP Sanglah mendapat rujukan pasien kembar dempet dari RSUD Buleleng. Pasien tersebut diterima di IGD dan segera dilakukan pemeriksaan.

Saat ini tim medis RSUP Sanglah sedang berupaya untuk melakukan stabilisasi pasien. Selanjutnya, tim medis menentukan jenis kasusnya, survival atau non survival.

Direktur Utama RSUP Sanglah dr. I Wayan Sudana, M.Kes., didampingi dokter bedah anak dr. I Made Darmajaya, Sp.B., Sp.BA (K), MARS., dan dokter spesialis anak, dr. I Made Artana, Sp.A (K) menjelaskan, bayi berjenis kelamin perempuan itu lahir cukup umur yaitu 38 minggu. Berat lahirnya 4.200 gram. Secara kasat mata, bayi tersebut menempel dari dada hingga perut.

Baca juga:  RSU Bangli Bisa Rawat Pasien COVID-19

Saat ini bayi kembar siam itu ditangani tim dokter yaitu dokter anak, dokter bedah anak, kebidanan, dokter konsultan asupan nutrisi, dokter penunjang, radiologi, dokter penyakit jantung, dan lainnya.

Darmajaya menambahkan, operasi pemisahan bukan hal yang utama dilakukan. Yang utama dilakukan saat ini adalah menentukan kasusnya apakah kasus survival atau non survival.

Untuk itu, timnya akan memantau kondisinya hingga tiga hari ke depan. Selain itu, Darmajaya juga menegaskan tidak ada batasan waktu untuk membuat pasien stabil.

Baca juga:  Kunci Keberhasilan Mengatasi Pandemi Covid-19 Ada di Masyarakat

Jika di hari ketiga, pasien masih survive, selanjutnya akan dilakukan tindakan berikutnya yaitu menmeriksa organ-organ bayi apakah terdiri dari satu atau dua. Namun dari hasil pemeriksaan, bayi sudah buang air yang menandakan bayi mempunyai saluran pencernaannya dan berfungsi.

Selanjutnya ia akan memeriksa organ jantungnya apakah terdiri dari satu  atau dua. Setelah memastikan semuanya, barulah kemudian direncanakan operasi pemisahan jika indikasinya memang harus dipisah. “Operasi pemisahan tidak langsung dipersiapkan. Yang harus dipastikan pertama adalah apakah kasus ini merupakan kasus yang survival atau tidak, artinya apakah bisa hidup atau tidak,” jelasnya.

Baca juga:  RSUP Sanglah Kini Layani Cangkok Kornea Mata

Untuk menentukan survival itu perlu pemeriksaan lanjutan. Darmajaya mengatakan, 90 persen mengatakan kasus kelainan merupakan bawaan dari lahir.

Sebagian besar kelainan tidak bisa dijelaskan penyebanya. Ini kali kedua RSUP Sanglah menangani kasus bayi kembar siam setelah 2014 lalu. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *