SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dalam beberapa tahun terakhir, abrasi di Pantai Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, semakin parah. Kondisi demikian tak kunjung mendapat penanganan oleh instansi terkait. Padahal, garis pantai tersebut selama ini cukup dikenal sebagai habitat tukik.

Ini terlihat dari upaya desa setempat bersama BKSDA Bali melestarikan biota laut yang dilindungi itu. Sebanyak 80 ekor tukik jenis Lekang (Lepidochelys olivacea), hasil penangkaran dilepasliarkan pada Jumat (5/7).

Perbekel Negari Gusti Agung Ngurah Agung mengatakan Pantai Tegal Besar sudah lama menjadi habitat tukik. Sehingga, pihaknya selalu mewanti-wanti warga sekitar untuk mendukung program pemerintah dalam upaya pelestariannya.

Baca juga:  Pembukaan Prodi Kedokteran Undiksha Tunggu Visitasi Kemenristekdikti

Dia menegaskan, aktivitas penangkaran tukik ini sesungguhnya inisitatif warga setempat. Biasanya penyu-penyu di sekitarnya bertelur di garis pantai itu menjelang Purnama.

Kemudian, saat purnama tiba, warga sekitar mengambil telur penyu di pesisir. Selanjutnya dipindahkan ke lokasi penangkaran, agar aman dari predatornya, seperti biawak, anjing liar, kepiting, bahkan semut.

Pada lokasi penangkaran inilah, telur penyu itu dirawat hingga menetas menjadi tukik. Kemudian baru dilepaskan lagi kehabitatnya. “Warga amat peduli dengan pelestarian penyu, karena memahami keberadaannya semakin terancam. Apalagi dengan abrasi yang semakin parah,” tegasnya.

Baca juga:  Gelombang Pasang, 25 Meter Jalan Paving di Pengastulan Tergerus

Kepala Seksi II BKSDA Bali Sulistyo, mengakui penyu jenis ini menggunakan pesisir Pantai Tegal Besar sebagai habitatnya untuk berkembang biak. Pihaknya mengapresiasi komitmen warga setempat dalam melakukan upaya pelestarian, dengan menyelamatkan sekitar 100 telor dan berhasil dalam penangkaran hingga menetas sebanyak 80 ekor. Apalagi ini dilakukan secara swadaya.

Sebagai salah satu habitat penyu, pihaknya berharap garis pantai ini mendapat penanganan dampak abrasi. “Abrasi sudah sangat memengaruhi habitat penyu. Ini tentu harus disikapi agar penyu masih punya tempat untuk bertelur,” katanya.

Baca juga:  2020, Unesco akan Revalidasi Geopark Batur

Sementara itu, Kasat Polair Polres Klungkung, AKP I Nyoman Arnawa, menegaskan siap bersama-sama instansi terkait menjaga kelestarian penyu jenis Lekang ini. Terutama dari pihak-pihak tak bertanggung jawab yang sengaja melakukan eksploitasi penyu di laut.

Sebagai aparat penegak hukum di atas laut, pihaknya mengaku siap untuk bersama-sama menindak tegas, apabila ada oknum yang berani melawan hukum dengan mengeksploitasi hewan dilindungi ini. “Tujuan kita sama, menjaga kelestarian penyu ini dari kepunahan,” ujar Arnawa. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *