Suasana diskusi perumusan Tema "Atma Kertih" pada PKB ke-42 tahun 2020 di Disbud Bali, Rabu (10/7). (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 2019 yang mengusung tema “Bayu Pramana: Memuliakan Sumber Daya Angin” ditutup Sabtu (13/7). Kendati demikian, tema PKB ke-42 tahun 2020 tengah dirumuskan dan diarahkan sebagai wahana implementasi visi Gubernur Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” bidang Pemajuan Kebudayaan Bali.

Tema tersebut didiskusikan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Pemerintah Provinsi Bali, Bidang Adat, Agama, Tradisi, Seni dan Budaya yang melibatkan tokoh agama, budayawan, praktisi budaya, sastrawan, dan seniman di Ruang Rapat Padma, Disbud Bali, Rabu (10/7). Dari hasil diskusi, dirumuskan “Atma Kertih” yang merupakan salah satu unsur dari Sad Kerthi dijadikan tema PKB ke-42 tahun 2020 mendatang.

Sedangkan tema besar PKB tahun 2020-2025, yaitu Nangun Jiwa Pramana Padma Bhuwana Bali (Membangkitkan Spirit Budaya Menuju Bali Era Baru). Di antaranya, Atma Kerthi (2020), Wana Kerthi (2021), Danu Kerthi (2022), Segara Kerthi (2023), Jana Kerthi (2024) dan Jagat Kerthi (2025). Tema “Atma Kertih” sendiri dimaknai sebagai Penyucian Jiwa Paripurna, yang diharapkan menjadi subjek eksplorasi untuk semua materi PKB ke-42 tahun 2020 dan dapat mengakselerasi makna Akasacara. “Tema ini akan dilaunching pada penutupan PKB ke-41 Sabtu ini,” ujar Kadisbud Bali, I Wayan “Kun” Adnyana.

Baca juga:  Desa Adat Penglipuran Jaga Kelestarian Arsitektur Bangunan Tradisional

Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, M.Hum., selaku salah satu narasumber dalam diskusi, mengatakan kontekstualisasi tema “Atma Kertih” pada PKB ke-42 Tahun 2020 akan diwujudkan dalam bentuk karya seni, baik seni pertunjukan maupun seni rupa. Apalagi, sumber-sumber atma sangat banyak untuk digarap menjadi sebuah pertunjukan seni. Seperti, Swarga Rohana Parwa, Bima Swarga, Atma Prasangsa, Siwaratri Kalpa, dan Jaratkaru (Adiparwa).

“Kalau Atma Kertih itu sebagai penyucian jiwa paripurna, maka dalam konteks masa lampau atau konteks kearifan lokal, yaitu bagaimana cerita-cerita tentang atma, tentang penyucian jiwa secara spiritual. Sebab manusia mulai dari lahir hingga mati ada sejumlah kegiatan ritual yang dilakukan dengan tujuan penyucian jiwa,” ujar Rektor ISI Denpasar ini.

Baca juga:  Terus Berkembang, LPD Desa Adat Nyuh Kuning Kini Miliki Kantor Baru

Dalam konteks kekinian, dikatakan penyucian jiwa bisa dilakukan dengan memberikan suguhan seni yang bisa menyejukkan umat manusia. Terutama melalui garapan seni yang alunan melodinya menyejukkan jiwa dan rasa penikmatnya.

Apalagi, tema ini sangat erat kaitannya dengan Akasacara (dunia maya). “Kalau Atma Kertih kita ambil kearifan lokalnya, sedangkan Akasacara kita tampilkan dalam bentuk kreativitas pertunjukan seni digitalnya dengan menerapkan kecanggihan teknologi informasi, sehingga antara Atma Kertih dan Akasacara bisa saling mendukung dan bisa menjadi seni tradisi baru,” ujarnya.

Baca juga:  Desa Adat Cengkilung Optimalkan Potensi Desa

Narasumber lain, Drs. Ketut Sumarta, mengatakan dari sisi literasi Sastra Bali, PKB ke-42 merupakan momentum kelahiran dan kebangkitan spirit budaya baru yang menjadi hulu semua kebijakan dalam tatanan kehidupan di Bali. Oleh karena itu, konsep Nangun Jiwa Pramana Padma Bhuwana Bali bisa menjadi tema besar PKB 5 tahun ke depan untuk membangkitkan spirit budaya menuju Bali era baru.

Terkait tema Atma Kertih, dijelaskan bahwa Kerthi atau Kertih mengandung arti perbuatan yang mulia. Sehingga, kehidupan ini merupakan sebuah anugerah untuk memuliakan jiwa yang dimulai dari kesadaran spiritual. Oleh karena itu, tema Atma Kertih ini adalah kesempatan untuk memuliakan jiwa lewat garapan-garapan seni yang dapat mengharmoniskan kehidupan. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *