AMLAPURA, BALIPOST.com – Layanan air bersih oleh Perumda Tirta Tohlangkir, di Kecamatan Selat, Rendang dan Sidemen, mulai terganggu. Ini dikarenakan sumber air baku Telaga Waja dilakukan perbaikan oleh pihak pengelola UPTD Pengelolaan Air Minum Provinsi Bali.
Bahkan, berkaitan dengan proses perbaikan itu, akses air bersih dari Telaga Waja dipastikan ditutup pada 5 Agustus sampai 26 Agustus nanti. Direktur Perumda Tirta Tohlangkir, Gusti Made Singarsi, Kamis (1/8), mengatakan sebagai antisipasi, Perumda Tirta Tohlangkir menyiapkan mobil tangki air bersih untuk mensuplai kebutuhan air ke sejumlah pelanggan yang terdampak, agar pelanggan tetap memperoleh layanan air bersih.
Singarsi menegaskan, pelanggan yang terdampak ada di Desa Muncan, Sebudi Kecamatan Selat. Untuk wilayah Kecamatan Rendang, ada di Dusun Batusesa. Sedangkan, pelanggan di Kecamatan Sidemen, ada di Desa Sangkan Gunung, Desa Tangkup, Desa Talibeng, Desa Lokasari dan Desa Kertabuana.
Singarsi mengaku sudah menyiapkan berbagai opsi, agar pelanggan tetap mendapatkan haknya memperoleh layanan air bersih. Salah satunya dengan menyiapkan mobil tangki untuk mensuplai air kepada semua pelanggan terdampak.
Perumda Tirta Tohlangkir bakal mencari air di Kecamatan Rendang (Arca) kemudian diangkut dengan mobil tangki menuju ke desa-desa yang mengalami gangguan layanan akibat perbaikan sumber air balu Telaga Waja ini. Namun, opsi ini akan membuat Perumda ini merugi cukup besar. Sebab, distribusi air dari Arca langsung kepada pelanggan, juga memerlukan biaya cukup tinggi.
Karena proses distribusi ini gratis kepada masyarakat, sebagai konsekuensi dari terganggunya sumber air baku Telaga Waja. “Meski bakal merugi, cara tersebut akan tetap dilakukan agar pelanggan tetap mendapat suplai air bersih,” katanya.
Singarsi menambahkan, selama ini pihaknya membeli air baku Telaga Waja dari UPTD Pengelolaan Air Minum Provinsi Bali. Hasil produksi air baku Telaga Waja dibeli seharga Rp 1.200 per meter kubik. Kemudian, Perumda Tirta Tohlangkir menjual kepada para pelanggan seharga Rp 1.300 per meter kubik.
Setelah itu, baru dialirkan ke pelanggan Perumda Tirta Tohlangkir. Air baku Telaga Waja, dikatakan baru bisa mengalir di lima desa di Kecamatan Sidemen, Desa Muncan, Sebudi dan Batusesa. Dengan selisih harga beli dan harga jual yang terlalu tipis, Singarsi mengaku masih merugi, sekitar Rp 400 juta per tahun. (Bagiarta/balipost)