JAKARTA, BALIPOST.com – Semangat Solid, Speed, Smart yang selalu dikumandangkan oleh Menteri Pariwisata Arief yahya terus dilakukan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Deputi Bidang Kelembagaan Kemenpar terus mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata yang unggul dengan cara memberikan pelatihan dan sertifikasi kompetensi di tahun 2017.

Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Ahman Sya mengatakan, beberapa program Kemenpar ini adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia agar terus digenjot untuk kemajuan pariwisata dan percepatan segala bidang.

”Di tahun 2017 ini Sertifikasi Kompetensi SDM Kepariwisataan kami targetkan mencapai  65 ribu orang,” ujar Ahman.

Ahman memaparkan, kegiatan Sertifikasi dan Pelatihan SDM Pariwisata di 10 Destinasi Prioritas Pariwisata per 8 Mei 2017 telah mengukuhkan total 850 orang yang mengikuti pelatihan dasar, pariwisata goes to campus mencapai 3.900 mahasiwa yang ikut serta.

Selain itu, Pembudayaan Pariwisata mencapai 750 orang, Sertifikasi Sekolah 7.270 orang dan sertifikasi industri mencapai 2.679 orang, hal tersebut menapai 31,42 % (tersisa 44.571 orang) dari target 65 ribu orang.

Baca juga:  Suka Triathlon yang Fun? Daftar Rhino Cross Triathlon Aja

“Terdapat beberapa program yang telah sukses berjalan, seperti  Sertifikasi SDM sebagian dilakukan secara digital untuk mempermudah dan mempercepat proses administrasi dan di Implementasi memlalui Digital Tourism,” ujar Ahman Sya yang diamini Asisten Deputi Pengembangan SDM Kepariwisataan Wisnu Bawa Tarunajaya.

Tidak hanya itu saja, tambah Ahman Sya, ada juga program pelatihan untuk nantinya diimplementasi ke Homestay, hal itu dilakukan untuk melatih dan sertifikasi SDM dalam meningkatkan Kualitas SDM (masyarakat) di daerah pengembangan daerah Homestay (Sertifikasi, Pelatihan).

“Pelatihan dasar SDM Kepariwisataan ditujukan kepada masyarakat yang ada di seputar destinasi wisata, lalu pelatihan kompetensi diberikan kepada masyarakat industri (homestay) di destinasi wisata dengan materi: Teknik memasarkan homestay, pengelolaan usaha kecil (homestay) bagi pemilik dan manajer serta pelayanan prima (Mengembangkan sikap melayani),” ujarnya.

Baca juga:  Buka Puncak Sail Sabang 2017, Wapres Optimis Pariwisata Jadi Penggerak Ekonomi 

Wisnu menambahkan, disisi SDM guna peningkatan aksesibilitas udara Kemenpar juga telah menjalankan program Pelatihan untuk pegawai Angkasa Pura 1 dan Angkasa Pura 2 dangan materi hospitality. Tidak cukup sampai disitu, pembudayaan pariwisata meliputi pemberdayaan terhadap guru-guru SD, SMP, SMA/ SMK di Destinasi Wisata juga sukses digelar oleh kementerian di bawah komando Arief Yahya itu.

“Membangun kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata untuk menyambut peningkatan jumlah Wisman dan Wisnus, akademisi, siswa SD dan SMP untuk membangun kesadaran pentingnya sektor Pariwisata Indonesia,” jelas Ahman Sya.

“Kami juga menggelar program Pariwisata Goes to Campus yang  meliputi pelatihan terhadap mahasiswa Perguruan Tinggi dan siswa SMK Pariwisata juga sudah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas SDM Kepariwisataan yang unggul dan kompetitif dengan standar global,” ujar Wisnu yang menjelaskan bahwa hal itu semua bertujuan untuk meningkatkan  kualitas dan kuantitas tenaga kerja bidang pariwisata yang profesional dan kompeten untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Baca juga:  Wisata Ijen Ditutup Malam Hari, Ini Sebabnya

Menpar Arief Yahya mendorong percepatan dan Sertifikasi SDM Pariwisata untuk mencetak tenaga profesional untuk pengembangan potensi pariwisata di 10 Destinasi Prioritas.

“Representasi Pentahelix (ABGCM), Akademisi, Bisnis, Government, Community, dan Media harus dipakai untuk memajukan pariwisata,” ujar Arief Yahya.

Mantan Dirut Telkom ini juga mengatakan, sejak bertugas  di PT Telkom dia  komitmen membangun investasi SDM. “Sangat penting untuk win the future customers (memuaskan konsumen di masa mendatang). Karena itu sekolah perguruan tinggi pariwisata sudah sangat relevan,” katanya.

Menteri lulusan Surrey University, Inggris ini berpesan, SDM pariwisata nanti harus menggunakan standar global, mengacu pada standar regional disebut ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement) atau  Kompetensi selevel ASEAN.

“Kalau ingin bersaing di level global, gunakan global standard juga,” kata pria asli Banyuwangi itu. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *