Oleh Juandi Manullang
Indonesia dikenal dengan negara yang berideologi Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dengan adanya Pancasila tersebut membuat kita bangsa Indonesia bisa bersatu dan hidup rukun seperti saat ini, meski kadang ada sesuatu hal yang membuat konflik. Akan tetapi, itu dapat diatasi bila ada komunikasi dan penyelesaian masalah dengan baik.
Banyak pula daerah di Indonesia ini yang sangat mengedepankan keberagaman atau kebinekaan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Salah satunya adalah Provinsi Bali yang dikenal dengan kebinekaannya. Hal itu disampaikan oleh Pimpinan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI, Cucun Ahmad Syamsulrijal, yang menyebutkan Bali sebagai salah satu simbol kebinekaan yang perlu dijaga keragaman, keindahan budaya, dan tradisinya.
Apa yang disampaikan itu patut menjadi contoh juga buat daerah-daerah yang masih dikenal dengan tingkat keberagamannya yang rendah. Bali bisa jadi contoh yang baik dalam membina kebinekaan tersebut. Apalagi dalam hal keragaman kultur dan tradisi, maka Bali dapat menjadi contoh yang tepat buat daerah-daerah di Indonesia. Sebuah kebanggaan bagi pemerintah Provinsi Bali atas apresiasi tersebut dan menjadi kekuatan untuk terus menjaga kebinekaan di Bali.
Paling penting kita harapkan di negeri ini adalah semangat kebinekaan itu semakin luas. Ada tokoh-tokoh di setiap daerah yang mau menyebarluaskan kebinekaan itu agar masyarakat di akar rumput mengikutinya. Sudah pasti makna dan nilai-nilai luhur yang termaktub dalam Pancasila itu dibagikan dan ditanamkan secara kuat dan utuh agar di Pancasila selalu tebersit dalam ingatan setiap orang.
Pancasila itulah yang menjadi dasar kita untuk membina kebinekaan saat ini. Pancasila itulah yang punya kesaktian dalam menyejukkan kehidupan berbangsa dan bernegara dan Pancasila pula yang mengamanatkan agar kita tetap melestarikan dan menjaga keragaman budaya ataupun tradisi yang ada. Setiap tarian daerah, baju daerah, nyanyian daerah dan semua yang berbau dengan budaya dilindungi oleh Pancasila dan peraturan yang ada saat ini. Oleh sebab itu, kita harus mengedepankan Pancasila dan jangan berbuat untuk mengganti Pancasila dengan ideologi-ideologi lain.
Setiap pihak yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi lain dan mencoba merusak kebinekaan, maka bersiaplah untuk mendapatkan sanksi yang berat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tentunya, tak ada sebenarnya yang mau mendapatkan sanksi ataupun hukuman akibat perbuatannya, tetapi kadang ada provokator yang suka menghasut dan mengajak oknum tertentu untuk merusak kebinekaan tersebut. Karena itulah, perlu penguatan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam diri setiap orang agar terciptanya benteng kokoh yang mampu menolak hasutan dan ajakan tersebut.
Begitu pula, butuh tokoh-tokoh yang dapat menjadi contoh dalam membina kebinekaan itu. Perlu juga daerah-daerah yang menjadi contoh dari kebinekaan itu. Sudah jelas bahwa Bali dapat menjadi contoh bagi setiap daerah di Indonesia dalam membina dan menguatkan kebinekaan.
Perlu penelitian, pengamatan, dan tinjauan langsung terkait kebinekaan yang tertanam di Bali. Dengan begitu akan semakin jelas bagaimana sebenarnya kebinekaan yang ada di Bali tersebut dan bagaimana mewujudkan daerah yang berbineka. Hal itu harus dilakukan saat ini agar kita tetap bersatu padu sebagai sebuah bangsa dan negara.
Buat daerah-daerah yang masuk dalam kota dengan skor toleransi terendah versi Setara Institute tahun 2018, yakni Sabang, 3.757, Medan, 3.710, Makassar, 3.637, Bogor, 3.533, Depok, 2.490, Padang, 3.450, Cilegon, 3.420, Jakarta, 2.880, Banda Aceh, 2.830, Tanjung Balai, 2.817 bisa mencontoh Bali sebagaiman referensi daerah tersebut dalam hal kebinekaan.
Dengan demikian, kita akan menjadi negara yang seluruh daerahnya dapat menjaga dan menguatkan kebinekaan, meski beragam suku, agama, ras, dan antargolongan yang ada. Pancasila sebagai ideologi kita yang sangat dijunjung tinggi dan dicintai bisa tetap kokoh berdiri dan sakti dalam proses membina kebinekaan. Pancasila menjadi tidak rapuh, apalagi punah karena ulah masyarakat sendiri.
Semoga saja harapan besar kita menjadi negara yang kuat dengan berideologi Pancasila dan Berbhineka Tunggal Ika tetap dijaga dan dijadikan pedoman hidup, meski ada tantangan dan rintangan yang menghadang. Segala konflik yang ada mampu teratasi tanpa membawa suku, agama, ras, dan antargolongan.
Penulis, alumnus Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara dan penulis lepas tinggal di Medan