AMLAPURA, BALIPOST.com – Memasuki musim kemarau saat ini kembali memicu terjadinya kebarakan di lahan hutan yang ada di lereng Gunung Agung, Selasa (27/8) malam. Kepulan asap masih terlihat di lereng gunung tertinggi di Bali itu, Rabu (28/8).

Kalak BPBD Karanagsem Ida Bagus Ketut Arimbawa, mengungkapkan, kalau kebakaran hutan yang terjadi di lereng Gunung Agung berada di memasuki wilayah Banjar Dinas Belong, Desa Ban, Kubu. Ia mengatakan kebakaran lahan hutan berada di ketinggian 800 DPL dengan jarak 6 kilometer dari puncak Gunung Agung.

Baca juga:  Upacara Ngaben di Antiga dengan Bade Tumpang Pitu Setinggi 30 Meter

“Lokasi kebakaran jauh dari permukiman warga. Dan lokasi kebakaran sulit dijangkau mobil damkar karena berada di lereng Gunung Agung. Kalau untuk bisa mendekati lokasi kebakaran dari Banjar Dinas Belong menempuh waktu perjalanan 3-5 jam dengan berjalan kaki,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk memantau kebakaran yang terjadi, pihaknya bakal melakukan pemantauan melalui pos yang ada di rumah Mangku Bon di Banjar Dinas Pucang, Desa Ban. “Pemantauan kita terus lakukan untuk mengetahui titik-tik lokasi kebarakan,” katanya.

Baca juga:  Diduga Karena Api Dupa, Bangunan Hasil Bedah Rumah Terbakar

Selain tu, kata Arimbawa, pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan KRPH Bali Timur. Pengamatan yang dilakukan sampai siang hari, asap masih terlihat kembali menebal.

Kendati demikian, tindakan pemadaman tidak bisa dilakukan karena medan dan lokasi kebakaran mencapai ketinggian 1.500 Mdpl. “Tapi jika api mendekati permukiman atau perkebunan milik warga, maka pemadaman akan dilakukan dengan cara membuat sekat untuk api agar tidak  mendekati permukiman maupun perkebunan milik warga,” tegas Arimbawa.

Baca juga:  Beda Data dengan Satgas Provinsi, Hari Ini Karangasem Catat Belasan Kasus COVID-19 dan 1 Korban Jiwa

Sementara itu, KRPH Daya, I Gede Susila mengungkapkan, untuk saat ini kebakaran yang terjadi di lereng Gunung Agung masih terpantau dengan adanya kepulan asap tipis. Kata dia, bila pada pagi hari kebakaran terpantau sedikit mengecil, malamnya kembali terpantau membesar.

“Itu disebabkan akibat terik matahari yang panas ditambah tiupan angin yang kencang, akan membuat api semakin membesar,” sebutnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *